Lihat ke Halaman Asli

Annisa AmannyNasyiah

Mahasiswa Universitas Lampung

Transformasi Kepemimpinan: Analisis Gaya Kepemimpinan Presiden Jokowi

Diperbarui: 20 April 2024   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan ataupun mengkoordinasi. Kualitas seorang pemimpin dianggap sebagai faktor penentu keberhasilan atau kegagalan suatu negara. Dengan demikian, hal ini mengimplikasikan bahwa setiap pemimpin harus memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam membina, menggerakkan, dan mengarahkan seluruh sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan negara (Pohan, 2019).

Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, telah berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia melalui serangkaian prestasinya sejak menjabat sebagai Wali Kota Surakarta dan kemudian sebagai Gubernur DKI Jakarta. Prestasi-prestasi tersebut tidak hanya mengukuhkan reputasinya di tingkat nasional, tetapi juga memperoleh pengakuan internasional yang mengangkat namanya ke dalam daftar pemimpin terbaik di dunia (Kompas, 2014).

Di bawah kepemimpinan Jokowi, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah mencapai puncaknya. Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), pada tahun 2016, 80 persen dari masyarakat Indonesia mempercayai pemerintahnya, sementara pada tahun 2006 angkanya hanya sebesar 28 persen. Hasil survei tersebut menggambarkan bahwa Jokowi berhasil memperoleh respons positif dari masyarakat, dan dampaknya terasa pada peningkatan signifikan dalam tingkat kepercayaan publik.

Jokowi memimpin dengan melakukan tindakan nyata daripada hanya berbicara. Ia mengedepankan kesederhanaan, menolak suap, dan menunjukkan ketegasan dalam kebijakan yang diambil. Jokowi juga mampu berkomunikasi secara aktif dan efektif dengan berbagai pihak, termasuk pedagang kaki lima dan masyarakat umum, sehingga kebijakan yang dibuatnya mendapat dukungan positif. Jokowi seringkali menunjukkan kepeduliannya terhadap cagar budaya dan pedagang tradisional, seperti dalam kasus pengelolaan eks Pabrik Es Saripetojo di Solo.

Jokowi memiliki ciri kepemimpinan transformasional yang mencakup diversitas, fokus kepada warga, komunikasi dan kerja sama, kepekaan global, dan pengambilan risiko. Jokowi dikenal sebagai pemimpin yang memperjuangkan kehendak rakyat, seperti yang terlihat dari tingginya dukungan yang diterimanya dalam pilkada.

Dapat dipahami bahwa Presiden Joko Widodo menerapkan teori contingency serta gaya kepemimpinan transformasional sebagai strategi untuk memastikan efektivitas kepemimpinannya. Teori contingency, yang menempatkan pemimpin pada pola kepemimpinan yang sesuai dengan situasi yang ada (Lensufiie, 2010), menjadi relevan untuk digunakan oleh Presiden Joko Widodo. Ini terbukti dari beberapa tindakan beliau, seperti yang dilaporkan dalam laman nasional.kompas.com (2020), di mana Jokowi sering melakukan blusukan sebagai implementasi dari penerapan "relationship motivation," yang merupakan salah satu aspek teori tersebut. Relationship motivation ini menunjukkan bahwa pemimpin fokus untuk membangun hubungan yang kuat dengan pengikutnya, sebuah strategi yang krusial dalam konteks dinamika sosial dan politik Indonesia.

Kepemimpinan transformasional merupakan ciri khas dari Presiden Joko Widodo. Gaya kepemimpinan ini didasarkan pada konsep di mana pemimpin memberikan rangsangan dan inspirasi kepada pengikutnya, dalam hal ini rakyat, untuk mencapai hasil yang luar biasa. Jokowi telah menunjukkan dedikasinya terhadap model kepemimpinan ini dengan cara memberikan dorongan yang kuat serta motivasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan negara. Dengan cara ini, Jokowi tidak hanya menjadi pemimpin yang efektif, tetapi juga menjadi sosok yang mampu menginspirasi dan membawa perubahan positif bagi masyarakat Indonesia.

Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap kebutuhan, kepedulian, bahkan perkembangan individu pengikut. Pemimpin tersebut mampu mengubah kesadaran pengikut tentang masalah dengan cara membimbing mereka untuk melihat masalah yang sudah lama ada dengan sudut pandang baru. Dengan pendekatan ini, pemimpin tidak hanya menciptakan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah yang dihadapi, tetapi juga memungkinkan terciptanya solusi yang lebih inovatif dan efektif. Jokowi telah dikenal dengan kemampuannya untuk menggali potensi individu dan menggerakkan mereka menuju pemikiran yang progresif, menciptakan lingkungan di mana transformasi dan pertumbuhan individu dapat terjadi secara signifikan.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Jokowi berbeda secara signifikan dengan gaya kepemimpinan transaksional yang sering kali digunakan oleh para presiden Indonesia sebelumnya. Kepemimpinan transaksional cenderung menggunakan penghargaan kontingensi sebagai cara untuk memotivasi bawahannya, di mana pemimpin memberikan penghargaan atau imbalan kepada bawahan sebagai imbalan atas pencapaian tujuan atau kinerja yang baik. Selain itu, dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin biasanya hanya melakukan tindakan korektif ketika bawahannya gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di bawah kepemimpinan Jokowi, terlihat pendekatan yang lebih progresif dan inklusif, di mana pemimpin tidak hanya fokus pada penghargaan atau sanksi, tetapi juga pada pengembangan individu dan upaya kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama. Ini mencerminkan transformasi dalam paradigma kepemimpinan di Indonesia menuju gaya yang lebih berorientasi pada pertumbuhan dan inovasi.

Dengan mengadopsi gaya kepemimpinan yang mencakup aspek transformasional, kepedulian yang mendalam terhadap rakyat, ketegasan, kesederhanaan, dan kemampuan komunikasi yang luar biasa, Jokowi telah berhasil memimpin dengan sangat efektif, memberikan dampak positif yang signifikan dalam pembangunan di daerah yang dipimpinnya. Melalui pendekatannya yang berorientasi pada transformasi, Jokowi mampu menggerakkan energi positif dan semangat inovatif di kalangan masyarakat. Kepeduliannya yang tulus terhadap kebutuhan rakyat menjadi pendorong utama dalam kebijakan dan program-program pembangunan yang diimplementasikan. Sifat tegas dan kesederhanaannya membantu dalam menangani tantangan dengan efisiensi dan keberanian, sementara kemampuan komunikasinya yang kuat memungkinkan untuk terjalinnya hubungan yang erat antara pemimpin dan masyarakat, serta memperkuat legitimasi dan dukungan atas kebijakan yang diambil. Dengan demikian, Jokowi telah membuktikan bahwa gaya kepemimpinan yang holistik dan berorientasi pada hasil dapat membawa perubahan positif yang nyata dalam pembangunan daerah yang dipimpinnya.

Gaya kepemimpinan Jokowi dalam kemampuan berkomunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline