Awal September lalu seluruh umat muslim di dunia baru saja memperingati tahun baru 1441 Hijriyah. Satu Muharram atau yang di dalam kalender Jawa bertepatan dengan satu suro semata-mata merupakan peristiwa bertolaknya Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah dalam rangka menegakkan kalimat Allah swt.
Hijrahnya Baginda Rasulullah SAW tidak sekedar berpindah tempat tinggal, tapi juga momentum ketika Islam bisa diterapkan secara sempurna dengan berdirinya Daulah Islamiyah di Madinah. Sebagaimana mahkota kewajiban, tanpa adanya Daulah Islamiyah tidak dapat dipungkiri bahwa akan sangat banyak peraturan dalam Islam yang tidak dapat dijalankan.
Penerapan syari'ah Islam secara menyeluruh di tengah-tengah masyarakat tentu merupakan kebutuhan mendesak karena dampak kerusakan sistem sekuler hari ini tampak nyata dan tak lagi dapat diandalkan.
Maka, tidak heran jika pada hari Minggu, 1 September 2019 lalu ribuan kaum muslim di berbagai kota di Indonesia memperingati tahun baru Islam dengan menyerukan urgensi tegaknya kembali kalimat Allah.
Aksi pawai dan tabligh akbar diadakan di berbagai tempat di polosok negeri ini termasuk di beberapa kota besar seperti Bandung, Bogor, Jakarta, Jogjakarta, Makassar, Medan, Palembang, Surabaya, dan Semarang. Mereka menyeru masyarakat Indonesia untuk berhijrah kepada syari'ah Islam sebagai solusi untuk menyelamatkan Indonesia.
Di dunia maya, beberapa tagar yang sempat menjadi trending topic nasional adalah #HijrahSelamatkanIndonesia dan #HijrahMenujuSyariahKaffah. Selain itu, tagar #KhilafahWillBeBack juga sempat menjadi trending topic dunia di Twitter. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah lebih aware mengenai perkara penerapan syari'ah kaffah di muka bumi.
Beredar pula potret bendera Al-Liwa dan Ar-Raya yang dikenal sebagai bendera kaum muslim dan panji Rasulullah SAW. Meski sempat dikriminalisasi, kini kecintaan kaum muslim terhadap bendera dengan kalimat tauhid tersebut semakin tertancap kuat.
Dua kalimat syahadat tersebut menjadi simbol persatuan kaum muslimin. Mengingat bahwa peristiwa hijrahnya Baginda Rasulullah SAW beserta kaum Muhajirin Mekah saat itu juga disertai dengan semakin eratnya ukhuwah kaum muslim.
Kaum muslim di Madinah tidak ragu untuk berbagi apa saja yang mereka miliki kepada kaum muslim Mekah. Hal ini menunjukkan bahwa memang tidak ada satupun kecintaan yang pantas ditaruh di atas kecintaan kita kepada Islam. Sehingga tidak aneh jika dulu Islam pernah berjaya, merentang hingga dua pertiga dunia di bawah satu kepemimpinan yang sama.
Khilafah Islamiyah. Tanpa memandang warna kulit, bahasa, bahkan batas-batas imaginer yang hari ini justru menjadi polemik yang tak kunjung usai.
Tanpa menutup mata, khilafah merupakan janji Allah yang tidak mungkin diingkari. Sudah saatnya umat muslim di seluruh dunia berjuang bersama menyongsong tegaknya Islam kaffah. Waallahu alam bi shawab. //sz