Lihat ke Halaman Asli

Satu Kata, Namun Berjuta Penafsiran

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya satu kata, namun penuh dengan penafsiran.

Hanya sekelumit huruf, tapi bertriliun makna.

Tak ada manusia yang mampu hidup tanpanya.

Layaknya tanah yang rapuh tanpa hujannya.

Hanya satu kata, namun penuh dengan rasa.

Yang menyetiakan hati yang lara.

Yang memberikan kelembutan, kerelaan.

Tak peduli walau lelah datang berkuasa.

Dia membagikan senyuman nyata.

Terkadang memberikan amarah.

Mengenai datangnya tawa.

Yang menyilaukan dunia.

Dia juga memberikan luka

Atau itu memang bukan dia?

Atau bayangan yang menyerupainya

Hanya angin yang tahu sebabnya

Dia yang terangkai dari kasih-Nya

Dia yang tercipta dari kuasa-Nya

Dia yang terlahir dari cinta-Nya

Cinta, satu kata namun berjuta penafsiran.

Cinta.

Bagiku cinta adalah sebuah anugrah, namun untuk menjabarkan arti sebuah cinta yang sebenarnya, akupun masih terbata-bata untuk menjelaskannya. Bagiku, ketika dua orang saling menjaga hingga akhir hayat dan hanya maut yang dapat memisahkan, itulah yang namanya cinta. Bagiku, ketika dua orang saling melengkapi satu sama lain dan memahami perbedaan yang ada, itulah yang disebut cinta.

Apa aku pernah merasakan cinta? Apakah aku pernah dihinggapi oleh anugrah tersebut? Jika engkau bertanya seperti itu, maka jawabannya pasti iya. Apakah engkau lupa bahwa selalu ada yang mendoakanmu di tempat nan jauh di sana? Mereka jauh, namun tak pernah melupaka kita. Mereka selalu mengingat kita walau hanya di ujung mata. Peluhnya tak pernah dijadikan halangan untuk selalu membahagiakan kita. Bahkan keluh kesahnya tak pernah ditunjukkan kepada kita. Bagiku, itu pula yang dinamakan cinta, cinta yang sejati, yaitu cinta orang tua, cinta yang tak pernah mati. Aku jadi ingat ketika ibuku, malaikat cintaku, membelai rambutku dengan lembut saat aku berbaring bersama beliau. Perasaan hangat itu selalu aku rindukan. Seluruh bebanku seakan-akan terurai. Hanya air mata yang menetes dalam diam. Dalam keheningan aku selalu berharap, bahwa malaikat cintaku dapat bersamaku sampai ujung waktuku.

Pernahkah ayahmu pernah memarahimu? Pernahkah ayahmu mendiamkanmu? Apakah ayahmu pernah membentakmu hingga engkau menangis? Bagiku, itu pula yang disebut cinta. Cinta tak hanya melulu mengenai kebahagiaan. Ingatkah ketika engkau pulang larut malam untuk kerja kelompok semasa SMA dan ayahmu memarahimu? Justru itulah puncak ketika ayahmu sangat mencintaimu. Ya, beliau takut mengenai keadaaan kita, apakah kita baik – baik saja di luar sana, beliau takut akan kehilangan kita. Hanya saja, beliau mengutarakannya dengan cara yang berbeda karena takut membuat kita manja. Itulah penafsiran cinta yang lain bagiku.

Lalu apakah kau pernah dikhianati oleh cinta? Pernahkah kau ditinggalkan oleh cinta? Cinta yang telah kau anggap sebagai belahan jiwamu, misalnya. Tidak, kau tidak sendiri, akupun pernah beberapa kali merasakan itu. Namun tunggu dulu, apakah itu benar – benar cinta? Ataukah hanya sebuah perasaan yang menyamar sebagai cinta? Seorang teman pernah mengatakah kepadaku bahwa cinta dapat ditumbuhkan. Apakah itu benar? Ataukah cinta tumbuh sendiri sesuka hati?

Akupun masih belum tahu jawabannya.

Yang aku tahu, cinta hanyalah satu kata, namun berjuta penafsiran.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline