Lihat ke Halaman Asli

Puisi: Ditelan Tanah Rantau

Diperbarui: 1 Juli 2023   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi "Ditelan Tanah Rantau" (unsplash.com/@shnautsher) 

Bunda melepasku
Katanya hati-hati dengan tanah rantau
Ia bisa menjadi gunung pasir yang mengubur langkah
Atau bibir pantai yang dekat dengan sapuan ombak
Atau tanah batu yang runcingnya bisa membuat luka
Tanah rantau juga bisa membuat terlena
Kata Bunda, aku mungkin akan terjaga hingga pagi buta saking asiknya
Atau masuk lorong rahasia yang tampak menantang namun sebenarnya menerkam
Dan yang paling berat adalah membuat lupa
Bahwa ada Bunda yang sedang menantiku pulang

Bunda menegurku
Katanya jangan lupa makan
Jangan banyak begadang
Jangan menyesali apa yang terlewati
Jangan jangan jangan
Kalau bukan karena rinduku, Bunda, aku pasti sudah bosan mendengarnya

Tapi, Bunda, akhir petualangan ini belum terlihat
Ada candu yang datang di setiap ujung perjuangan
Selalu ada yang lebih tinggi
Selalu ada yang lebih menarik untuk dijejaki
Aku tak ingin lupa, tapi kadang ingatan itu tersisihkan sementara
Aku masih tetap inginkan pulang, Bunda

Ditelan tanah rantau
Begitu kata Bunda sekarang ketika ditanya aku di mana
Setengah bercanda dan semoga setengahnya lagi bukan kecewa
Tak ada sesal, kata Bunda
Anandanya kini telah dewasa
Anandanya membangun banyak hal di atas tanah yang diinjaknya
Doa Bunda menyertai
Nanti, itu juga yang akan membawaku kembali

2019

-

Baca puisi Annisa A lainnya: Membaca Wajahmu, Ada Malam
Cerpen lainnya: Mencari Pemenang, Yang Ditinggalkan, dan lain-lain




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline