Lihat ke Halaman Asli

Annisa F Rangkuti

TERVERIFIKASI

🧕

10 Tips Berkendara yang Ideal, Aman dan Nyaman

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1365410614918421683

[caption id="attachment_246828" align="aligncenter" width="491" caption="Kondisi lalu lintas yang tertib. Foto diambil di depan Istana Maimoon, Medan. (dok. AFR)"][/caption] AGAKNYA, ada motivasi laten pada setiap pengendara, khususnya di kota saya, dalam hal pemakaian alat-alat pengaman. Helm dan sabuk pengaman, misalnya. Setiap akan keluar rumah, mayoritas pengendara akan menggunakan helmnya terlebih dahulu sebelum menunggang motor atau mengeratkan sabuk pengaman sebelum menyetir. Apa motivasi latennya? Mungkin karena proses pengondisian, para pengendara ini takut akan razia polisi yang sering tiba-tiba ada di persimpangan lampu merah. Jika sedang apes, lupa memakai helm atau sabuk pengaman akan memancing mata tajam para polisi lalu lintas itu untuk menghentikan kendaraan. Naasnya kalau lupa pula membawa SIM dan/atau STNK. Prosesnya akan panjang. Ujung-ujungnya, kalau ingin repot, Anda akan dipersilakan memproses perkara di pengadilan. Tapi kalau Anda menyayangkan waktu Anda yang berharga hanya untuk mengurus perkara di pengadilan, tenang saja. Ada jalan lain. Selipkan selembar atau beberapa lembar rupiah untuk menghentikan kasus penilangan itu agar tak sampai ke pengadilan. Diselipkan kemana? Ya ke tangan polisi yang menilang. :D Kenapa? Risih karena sogok menyogok? Zaman sekarang, tak usah munafik, katanya. Orang-orang yang berteriak lantang melawan korupsi, kolusi dan nepotisme, bisa jadi adalah pelaku KKN harian yang sadar tak sadar sudah melakukan tindakan serupa, meski dalam skala kecil-kecilan. Ya korupsi waktu saat jam kerja, menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, juga termasuk sogok menyogok tadi. Saya pun juga begitu kok. Bangga? Bukan. Malu sebenarnya. Tapi ya, mau bagaimana lagi. Berkaitan dengan tilang menilang ini, saya ikut-ikutan arus massa. Menyelesaikannya dengan jalan cepat, mudah, aman dan saling menguntungkan. Beberapa kali saya pernah kena tilang polisi. Malu dan malas bercampur jadi satu. Malu karena dilihat banyak orang sedang ditilang, dianggap pengendara bandel yang tak mematuhi aturan. Malas karena harus berurusan dengan polisi, yang ujung-ujungnya pasti duit. Tapi sungguh, saya bukan pengendara bandel. Saya ditilang gara-gara lupa membawa SIM/STNK, tak tahu kalau belok ke kanan itu tak boleh, atau tak sengaja tetap melaju saat lampu merah. Selebihnya, saya melanggar rambu-rambu lalu lintas yang untungnya tak diketahui polisi. :D Untuk memudahkan perkara, harga yang mesti saya keluarkan cukup variatif. Antara sepuluh hingga lima puluh ribu rupiah. Yang terakhir adalah jumlah yang besar. Maka timbul anekdot. Daripada menyumbang pada polisi, lebih baik menyumbang pada fakir miskin. Akibat punishment itu cukup efektif. Buktinya, semakin banyak pengendara yang sadar aturan saat berlalu lintas, khususnya saya. Motivasinya jelas. Ya daripada menyumbang pada polisi, lebih baik sejak dari rumah sudah mematuhi aturan. Kenakan helm atau sabuk pengaman. Jangan lupa SIM dan STNK. Niscaya perjalanan akan aman dan nyaman tanpa khawatir di-prit. Akhirnya pemikiran (sebagian) masyarakat dikondisikan seperti itu. Hasilnya, efektif sebagai hukuman agar jera dari tindakan melanggar rambu-rambu lalu lintas, setidaknya bagi saya pribadi. Setiap berkendara, sejak dari rumah saya sudah kenakan sabuk pengaman sampai ke tujuan. Motivasinya pun tak lagi soal razia. Penggunaan sabuk pengaman memang diniatkan untuk keselamatan pribadi dan penumpang. Lampu merah dan rambu-rambu lalu lintas dipatuhi sebisanya. Karena kalau dipikir-pikir, akan konyol juga kalau harus bernasib naas karena kecelakaan akibat lalai dalam mengindahkan aturan. Bukankah sudah sangat banyak kejadian kecelakaan lalu lintas akibat menerobos lampu merah atau menjalankan kendaraan sesukanya? Kesabaran dalam berkendara dan berlalu lintas adalah hal utama. Sabar menanti lampu merah berganti hijau, sabar untuk tidak mendahului kendaraan apabila keadaannya tidak memungkinkan, sabar untuk mengantre bila lampu lalu lintas sedang mati, dan sabar untuk mematuhi segala aturan, sesungguhnya memberikan dampak yang baik bagi diri kita pribadi. Kita terlatih untuk berdisiplin dan tidak sembrono dalam menggunakan jalan raya sebagai fasilitas umum. Jalan raya adalah milik seluruh warga, yang setiap penggunanya seyogyanya sadar akan hak dan kewajibannya. Coba bayangkan. Sungguh kasihan kalau akan ada korban akibat kelalaian kita. Ada masa depan menanti bagi setiap pengguna jalan. Tak elok rasanya jika karena keegoisan kita pribadi yang ingin serba cepat sampai di tujuan, ada hidup orang lain yang dibayang-bayangi kematian, yang sebenarnya bisa kita hindari. Cukuplah kasus Afriyani Susanti, Rasyid Amrullah Radjasa, dan para pengendara teledor lainnya sebagai cermin agar senantiasa berhati-hati di jalan raya. Dari dua kasus menghebohkan itu saja sudah didapat banyak pelajaran, yang selanjutnya dapat disarikan dalam 10 tips berkendara yang ideal, aman dan nyaman berikut ini: 1.      Pastikan Anda sedang dalam kondisi sadar dan fit untuk berkendara. Dalam arti, sebelumnya tidak mengonsumsi minuman beralkohol maupun obat-obatan yang bisa membuat mabuk atau mengantuk. 2.      Pastikan kondisi kendaraan Anda baik, dalam arti memenuhi standar untuk berkendara. Periksa lampu sein, kondisi rem, kopling, gas, persneling, klakson, dan lampu terutama saat berkendara pada malam hari. 3.      Patuhi aturan mulai dari penggunaan alat-alat keselamatan; helm dan sabuk pengaman. Juga tak lupa membawa kartu identitas seperti KTP, SIM dan STNK. 4.      Berpikirlah untuk senantiasa berhati-hati dan menjaga diri serta penumpang yang ikut bersama Anda dengan mematuhi setiap aturan berlalu lintas; lampu merah, bunyi pengumuman saat melintas rel kereta api, sampai rambu-rambu tanda dilarang parkir, stop, memutar, dan sebagainya. Ingatlah, ini demi keselamatan Anda sendiri. Nyawa Anda terlalu berharga untuk disia-siakan. 5.      Perhatikan selalu jarak kendaraan Anda dengan kendaraan di depan dan sekitar Anda.  Lajukan kendaraan dengan kecepatan yang sesuai dengan kondisi jalan. Tidak terlalu pelan dan juga tidak kebut-kebutan. 6.      Hormati sesama pengguna jalan raya, mulai dari pengendara lain sampai pejalan kaki. Beri ruang dan kesempatan untuk mereka yang akan memutar arah atau menyeberang. Hal itu tidak akan membutuhkan waktu lama, apalagi menyita waktu Anda. Juga, gunakan klakson seperlunya agar tidak mengganggu kenyamanan sesama pengguna jalan. Ingat, kesabaran dalam berdisiplin berlalu lintas sangat diutamakan. Jika tak ingin terlambat sampai tujuan, sebaiknya Anda sudah mengatur waktu sejak dari rumah. 7.      Sebisa mungkin tidak menggunakan handphone/gadget saat berkendara karena dapat mengganggu konsentrasi. Apabila terpaksa, Anda sebaiknya menepi dan menghentikan kendaraan. 8.      Setel volume audio mobil dalam intensitas sedang dan tidak sampai terlalu kencang dan memekakkan telinga. Jika tidak, hal ini dapat membahayakan karena Anda kemungkinan tidak akan mendengar suara dan klakson kendaraan lain atau bunyi tanda peringatan di lintasan kereta api. 9.      Memfokuskan pikiran ke jalanan. Tidak melakukan sesuatu yang membahayakan sambil berkendara, seperti mengambil barang yang jatuh di lantai atau menengok ke arah selain jalan sambil menyetir. 10.  Sebelum berkendara, berdoalah memohon perlindungan Tuhan selama berada di jalan raya. Demikianlah sekelumit pengalaman dan sepuluh tips berkendara yang ideal, aman dan nyaman dari saya. Semoga bermanfaat. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline