Lihat ke Halaman Asli

Annisa F Rangkuti

TERVERIFIKASI

🧕

Selamat Hari Rohana Kudus

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_157491" align="aligncenter" width="640" caption="ROHANA KUDUS"][/caption]

Rasanya sudah lama tak menuliskan nama ini. Anda tahu siapa sosoknya?

Sekali waktu saya begitu terpesona oleh namanya. Nama yang unik. Saya temukan sebagai nama sebuah jalan di nagari Kotogadang, kecamatan IV Koto, Bukittinggi, Sumatera Barat. Lain waktu, saya jumpai pula pesona aksara namanya di sebuah toko di kota Padang, yang menjual oleh-oleh khas ranah Minang; keripik sanjai. Sejak itu, saya eja namanya diam-diam, lalu mulai penasaran dengan figurnya. Siapa Rohana Kudus? Saya sama sekali buta.

Barulah saat ibu mertua saya yang keluarganya berasal dari Kotogadang menyebut Rohana Kudus sebagai seorang tokoh pejuang perempuan di daerahnya, sesuatu seumpama rahasia itu mulai terkuak. Hampir-hampir saya tak percaya. Perasaan saya, tak pernah namanya tertulis di dalam buku-buku sejarah. Seingat saya, sekalipun tidak. Setelah saya tahu profil singkatnya dari berbagai situs di internet, barulah saya mendecak kecewa; mengapa nama sebesar Rohana Kudus luput dari perhatian para ahli sejarah yang menorehkan tinta riwayat perjalanan bangsa ini sejak zaman nusantara masih berupa pulau-pulau yang terpisah oleh beragam kerajaan di masanya? Apakah ini hanya semacam tabiat manusia-manusia politik yang sarat kepentingan agar perhatian dan pembelajaran anak bangsa tentang sejarah bangsanya berpusat hanya pada seputar sosok-sosok dari sebuah pulau bernama Jawa? Sinisme.

Dugaan-dugaan bernada sumbang itu tak guna juga. Entahlah apa sebabnya. Pada akhirnya harkat dan martabat Rohana Kudus dan keluarganya terangkat setelah beberapa penghargaan diterimanya terkait jasa-jasanya selama hidup di republik tercinta, justru saat ia telah lama berpulang pada Sang Pencipta. Atas kiprahnya yang ternyata begitu besar demi kemajuan kaum perempuan sebuah daerah yang pada masa itu tentu belumlah dikenal serta kontribusinya sebagai wartawati pertama di Indonesia, diapresiasi sebuah tanda jasa bernama Bintang Jasa Utama yang dianugerahkan pemerintah pada tahun 2008. Sepanjang umur negeri ini, kaum muda hanya diajarkan mengenai keteladanan satu tokoh perempuan penjunjung emansipasi dari tanah wayang; Raden Ajeng Kartini. Hanya beliau. Ya, hanya beliau.

Saya pun baru tahu kalau ternyata tidak hanya beliau seorang yang giat memajukan kaum hawa di tanah kelahirannya, Jepara. Ada sosok lain yang melakukan hal sepertinya, bahkan lebih dari yang Kartini bisa lakukan. Salah seorang di antaranya adalah Rohana Kudus, Sang Kartini dari Ranah Minang.

Tanggal hari ini adalah tanggal kelahirannya di dunia, 127 tahun yang lalu. 20 Desember, begitu dekat dengan Hari Ibu. Ibu luar biasa. Tidak hanya berkarya di rumah tangga, namun juga bergiat memajukan pendidikan kaum perempuan dengan bekal visi gemilang. Tidak hanya berbekal kertas dan pena guna menulis curahan hati dan pikiran, namun lebih dari itu; memajukan langkah ke depan, menerobos batas-batas tinggi yang mendiskriminasikan kaum laki-laki dan kaum perempuan, menyingsingkan lengan baju kurungnya untuk turut dalam peperangan melawan kaum kolonial, mengembangkan keterampilan kaumnya lewat keindahan kerajinan tangan Amai Setia, yang masih abadi hingga kini. Menyumbang waktu, tenaga, hati, pikiran, segenap jiwa raganya demi satu niatan mulia; agar perempuan di tanahnya tak lagi tertindas oleh kokoh derap langkah kaum adam dan norma-norma usang yang sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Tuhan.

Rohana hanya berucap satu hal sederhana saja lewat goresan tangannya;

Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah, yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan.

Setiap kali membaca torehan pemikirannya ini, sangatlah tenteram dan bahagia rasanya menjadi perempuan. Begitu juga ketika sosok perempuan itu menjadi ibu yang kelak mewariskan generasi penerus yang gemilang di masanya. Atas inspirasinya ini, maka izinkanlah saya menjadikan tanggal kelahirannya sebagai suatu peristiwa penting; lahirnya sosok pejuang perempuan di daerahnya, sebagaimana ketika tanggal kelahiran Kartini diperingati.

Selamat Hari Rohana Kudus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline