Telah muncul Kasus terbaru di Indonesia, terjadi penemuan jasad sekeluarga yang berisi empat anggota keluarga di Kalideres pada hari Kamis, 10 November 2022. Kejadian ini terungkap karena penemuan jasad pada tempat kejadian perkara yang menunjukkan banyak indikasi terhadap jasad-jasad tersebut.
Hal yang disinyalir menjadi penyebab terjadinya hal ini adalah munculnya banyak persepsi terhadap kejadian tersebut seperti, kelaparan, keikutsertaan terhadap sekte sesat bahkan apocalyptic, sakit.
Hasil otopsi psikologis yang dilakukan oleh Tim Apsifor membantah asumsi adanya faham sekte Apocalyptic maupun dugaan VSED (Voluntarily Stopping Eating and Drinking) pada beberapa subject korban.
Dengan demikian penting dilakukan otopsi psikolog guna menjawab secara lebih akurat penyebab kematian.
Apa itu apokaliptik?
Prawitra mengatakan, apokaliptik adalah sebuah paham yang percaya bahwa dunia sudah banyak kejahatan dan maksiat dan akan diganti dengan dunia baru. Para pengikut paham ini ingin meninggalkan dunia sebelum adanya penghakiman atau munculnya kiamat. Para penganut paham ini berspekulasi bahwa mereka lebih baik mengakhiri hidup dengan lebih terhormat sebelum terjadinya kiamat. Keterbatasan diri dan putus asa terhadap sistem kehidupan yang ada, merupakan salah satu penafsiran pesimisme dari para pengikut paham ini.
“Apokaliptik tumbuh subur dalam lingkup masyarakat yang putus asa pada suatu sistem dan menganggap ini adalah hukuman Tuhan sehingga mereka lebih baik menghadap Tuhan sebelum Tuhan memanggil mereka,” tutur Prawitra.
Benarkah karena paham apokaliptik?
Prawitra mengatakan, banyak sekali penyebab kematian yang ditempuh para pengikut apokaliptik, tidak hanya dengan melaparkan diri.
Pada banyak kejadian, pengikut paham ini menggunakan media berupa racun yang dicampurkan pada makanan atau minuman yang dikonsumsi.
Apa itu Voluntarily Stopping Eating and Drinking?
Berdasarkan jurnal Annals of Family Medicine, Voluntarily Stopping Eating and Drinking (VSED) adalah upaya untuk mempercepat kematian dengan cara menghentikan asupan makanan dan cairan ke dalam tubuh. Kematian biasanya terjadi karena tubuh mengalami dehidrasi. Hal ini berbeda dari penurunan nafsu makan yang biasa dialami oleh orang menjelang ajalnya karena dilakukan dengan metode tertentu. Beberapa orang juga melakukannya agar bisa meninggal di rumah dengan tenang dan menganggapnya sebagai 'kematian alami'. Keputusan ini diambil secara sukarela untuk mempercepat kematian oleh sebagai pilihan orang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan progresif, atau terminal. Praktik ini tidak bisa dilakukan secara diam-diam, apalagi sepengetahuan orang lain atau seorang diri.
Akan tetapi, Psikolog Forensik menepis Dugaan VSED dan sekte apocalyptic dalam Kasus Keluarga di Kalideres. Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR) yang memeriksa kondisi jenazah meninggal di Kalideres mengungkap keluarga tersebut tewas tidak karena Voluntary Stop Eating and Drinking (VSED) atau 'berpuasa sampai mati'. Pihaknya juga menyebut kematian bukan karena adanya pihak lain atau kecelakaan tetapi kematian yang wajar.
"Keempat-empatnya cara kematiannya mengarah pada cara yang natural, tidak pada cara kematian yang lain. Dapat ditepis karena sekte atau VSED," kata Ketua Umum APSIFOR Reni Kusumowardhani dalam keterangan pers, Jumat (9/12/2022).Dugaan VSED muncul dari hasil autopsi yang menyebut kondisi lambung kosong, menandakan tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman dalam waktu lama. Namun pihak kepolisian mengatakan masih mendalami motif dan penyebab kematian korban. karena, kematian VSED ini biasanya terjadi karena tubuh mengalami dehidrasi, bukan kelaparan.
Metode “Otopsi Psikologis” bak pisau bedah yang dapat menjawab sebab kematian secara lebih tepat dan menghapus berbagai asumsi yang ada seperti penganut sekte apocalyptic dan VSED. Itulah pentingnya kolaborasi antara berbagai bidang keilmuan seperti kedokteran forensik, linguistik, sosiologi, spiritualitas dengan psikologi forensik. Sehingga Polisi menyimpulkan kasus kematian tersebut adalah kematian wajar, yaitu karena kelaparan. Dikarenakan laporan tersebut, hingga saat ini kasusnya telah dinyatakan tutup oleh pihak berwajib.
Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Risydah Fadilah, S.Psi., M.Psi
Dra. Irna Minauli, M.Psi., Psikolog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H