Lihat ke Halaman Asli

Retorika dan Pendagogik: Kunci Sukses Dakwah Efektif untuk Umat

Diperbarui: 26 Juni 2024   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pri

Tujuan dakwah terdapat dalam ayat berikut ini, "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran/3: 104).

Demikian pula, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. Ali Imran/3: 110).

Nabi mengajarkan teknik untuk mencapai tujuan dakwah tersebut, "Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim).

Dalam retorika, tujuan pesan yang disampaikan dapat dibagi menjadi tiga: informatif, persuasif, dan rekreatif. Selain itu, bisa ditambahkan tujuan edukatif dan advokatif. Kelima tujuan retorika ini berhubungan dengan tujuan dakwah. Maksudnya, amar makruf dan nahi mungkar bersifat informatif, persuasif, rekreatif, edukatif, dan advokatif.

Dari cara penyampaian pesan, tujuan retorika minimal ada dua, yaitu monologika dan dialogika. Monologika adalah gaya bicara satu arah seperti pidato, ceramah, dan khutbah. Dialogika adalah gaya bicara dua arah atau dialogis.

Dalam dakwah Nabi, banyak riwayat yang mencatat dakwah dialogis ini. Pertama, dalam kitab Fathush Shamad, terdapat hadits Nabi dari Ibnu Umar. Ibnu Umar bercerita, "Dalam satu perjalanan, kami bersama Rasulullah. Sekonyong-konyong seorang Arab pedalaman mendekat.

Nabi meresponsnya dengan bertanya, "Wahai kisanak, kamu hendak kemana?" Orang itu menjawab, "Hendak pulang ke keluargaku". "Apakah kisanak menginginkan kebaikan?", seloroh Nabi. Orang itu menjawab, "Apakah itu?"

Nabi menjelaskan, "Kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan (kamu bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya". Namun orang itu malah berkata, "Siapa saja yang akan bersaksi kepadamu untuk (membenarkan) ucapan tersebut?" Secara tangkas Nabi menjawab pertanyaan orang Arab pedalaman itu, "Pohon ini atau buah ini".

Pohon tersebut berada di tepi jurang. Karena bumi mendekatkannya, seketika pohon tersebut ada di hadapan Nabi untuk menghadap beliau. Setelah itu, Nabi bersyahadat tiga kali. Pohon itupun bersyahadat seperti halnya Nabi. Kemudian pohon itu meninggalkan Nabi untuk kembali ke tempat asalnya".

Kedua, dalam kitab al-Mawaidz al-Ushfuriyah, Syaikh Muhammad bin Abi Bakar menulis tentang keislaman Abu Bakar yang diawali dari mimpi. Saat berada di Syam (sekarang Suriah), dia bermimpi melihat matahari dan bulan di dalam kamarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline