Lihat ke Halaman Asli

Anak yang Berpotensi "Ditolak" dalam Interaksi Teman Sebaya

Diperbarui: 11 Desember 2022   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Interaksi teman sebaya mempunyai keterkaitan dengan perkembangan sosial-emosional anak usia dini. Kurangnya interaksi teman sebaya dapat mempengaruhi perkembangan sosial-emosional anak usia dini. Perkembangan sosial adalah kematangan yang dicapai dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial-emosional yang mencangkup dua aspek yang berbeda yang tidak dapat dipisahkan. Dalam perkembangan emosional anak tetap melibatkan perkembangan sosial anak. Perilaku sosial sangat erat kaitannya dengan perilaku emosionalnya meskipun memilki pola yang berbeda. Kemampuan sosial bisa anak dapatkan ketika dia bergaul dengan orang disekitarnya atau lingkungannya. Ketika anak menginjak usia 6 bulan, anak sudah mampu mengenal lingkungannya.

Hurlock mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan tuntunan sosial(Danilo Gomes de Arruda, 2021). Anak yang perilaku sosialnya rendah akan menghadapi masalah- masalah seperti penolakan. Selain itu, anak dengan ketidakmampuan dalam berperilaku sosial juga dapat menghambat tumbuh kembang anak. Kemudian dapat berakibat pada anak terabaikan atau bahkan terkucilkan dari lingkungannya. Hal tesebut juga dapat berpengaruh pada kepercayaan diri menjadi rendah serta anak akan menarik diri dari lingkungan. Anak dapat mengembangakan perilaku sosialnya melalui pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya salah satunya adalah teman sebaya. Teman sebaya memiliki peran penting dalam lingkungan perilaku sosial untuk perkembangan anak. Anak akan mengalami proses sosial dimana terjadi proses dipengaruhi atau mempengaruhi dalam hubungan interaksinya. Anak yang memiliki hubungan interaksi yang baik dengan teman sebaya, cenderung akan berhasil ketika berinteraksi sosial saat mereka dewasa.

Anak usia dini pasti mempunyai keinginan untuk dapat diterima di lingkungannya. Anak usia dini akan terus berusaha agar dia diterima serta diakui oleh teman sebayanya. Ketika anak berinteraksi dengan dunia luar, dia akan lebih banyak meluangkan waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Mereka akan menunjukkan perilaku sosial seperti berbagi tugas, adanya persaingan, pertengkaran, simpati, dan saling membantu.

Menurut (Danilo Gomes de Arruda, 2021) dalam jurnalnya terdapat ciri-ciri Interaksi Teman Sebaya.

Widradini menjelaskan bahwa dalam interaksi teman sebaya terdapat perubahan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Minat yang sangat beraneka ragam dan tidak tetap kepada minat yang lebih sedikit macamnya dan mendalam

2. Tingkah laku yang rebut dan damai, banyak bicara dan saling adu keberanian

3. Penyesuaian diri kepada orang banyak ke penyesuaian diri kepada kelompok kecil

4. Memandang status keluarganya sebagai sesuatu hal yang yang tidak begitu penting dalam hal menentukan dan memilih teman sebayanya

Dalam setiap interaksi teman sebaya, sudah dapat dipastikan ada anak yang berpotensi untuk ditolak dalam pergaulannya. Biasanya anak yang berpotensi ditolak adalah anak yang dengan kemampuan komunikasinya kurang baik. Selain itu anak yang agresif, anak yang speech delay, anak yang suka mengganggu temannya. Anak-anak dengan kondisi seperti diatas bisa jadi tumbuh ditengah-tengah keluarga yang kurang ideal. Pasti beberapa dari kalian muncul pertanyaan, bagaiman cara agar anak yang ditolak ini dapat diterima dalam suatu interaksi teman sebaya? Anak yang ditolak dalam interaksi teman sebaya bisa diterima dengan kita lihat dari aspek karena apa dia ditolak.

Ada 5 jenis atau tipe dalam interaksi teman sebaya:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline