Lihat ke Halaman Asli

Annika Fathma

Mahasiswa Universitas Pelita Harapan

Getting Along with Siblings: Dari Perkelahian Terus Menerus hingga Kompromi

Diperbarui: 21 Desember 2021   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pertengkaran saudara, berdebat tentang hal-hal sepele, bahkan saling membayangi satu sama lain adalah hal yang tak terhindarkan di antara persaudaraan. 

Faktanya, terkadang pertengkaran terbesar dan paling menyayat hati yang kita alami adalah pertengkaran dengan saudara kandung kita. Tapi tetap saja, dinamika hubungan antar saudara adalah sesuatu yang tidak akan pernah didapat dengan hubungan biasa atau persahabatan. 

Bagi saya, memiliki saudara kandung yang usianya dekat sudah pasti membuat kami memiliki ikatan yang erat bahkan tak terpisahkan. Dengan gaya rambut dan pilihan pakaian yang sama saat kecil, membuat kami dikira kembar hampir setiap saat oleh orang-orang. 

Namun seiring waktu saat kami tumbuh dewasa, dengan perubahan gaya hidup, perubahan minat, growing apart sesuatu hal yang sudah tentu akan terjadi. 

Menjadi pribadi diri sendiri, kami memiliki banyak perbedaan dan bagi saya pada suatu waktu sulit untuk menerimanya. Seperti beberapa konflik lainnya, perkelahian antara persaudaraan sangat kompetitif. Mengenal satu sama lain begitu dalam sejak lahir, berkompromi atau mengakomodasi masalah kemungkinan besar tidak akan pernah terjadi

Namun eiring berjalannya waktu, konflik yang kami alami tidak hanya menjadi kompleks dan serius tetapi kami juga belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik. Ketika dihadapi oleh konflik, hal ini hanya menjadi masalah perspektif apakah kami ingin melepaskan ego masa kecil (inner child) masing-masing atau menjadi orang dewasa yang rasional dan memanage konflik yang kami miliki. 

Di dalam memanage konflik kita dapat memilih banyak strategi. Pertama tama kita harus menyadari bahwa strategi yang kita pilih dapat bergantung pada beberapa faktor. Devito (2015) menjelaskan bahwa terdapat lima faktor yaitu, (1) keinginan yang ingin dicapai, (2) perasaan kita, (3) penilain kognitif pada situasi, (3) kepribadian dan kompetensi komunikasi kita, dan (5) riwayat keluarga.

  1. Keinginan yang ingin dicapai. Tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang ingin dicapai mempengaruhi strategi yang akan kita pilih.

  2. Perasaan. Perasaan mempengaruhi strategi kita.

  3. Penilaian Kognitif. Sikap dan kepercayaan mempengaruhi penilaian kita terhadap seseorang

  4. Kepribadian dan kompetensi komunikasi. Jika kita adalah seseorang yang pemalu dan asertif, kita akan lebih terhindar dari konflik yang bisa terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline