Lihat ke Halaman Asli

Nasi Tumpeng Populer ke Mancanegara

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nasi tumpeng merupakan warisan kebudayaan dari nenek moyang yang masih di lestarikan sampai saat ini. Meskipun telah terjadi pergeseran makna dan historisnya. Budaya nasi tumpeng sampai kini masih menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia terutama untuk memperingati peristiwa atau momen-momen penting.

Pada zaman dahulu nasi tumpeng diperlakukan sebagai sesaji dan memiliki arti mistis. Dimana nasi tumpeng di dipercayai benar-benar memiliki kontak fisik dengan roh halus, yang akan memunculkankekuatan supranatural tersendiri. Oleh sebab itu, tidak semua orang boleh memakannya, hanya orang-orang khusus dan tertentu saja. Selain itu, nasi tumpeng juga dijadikan sebagai jimat ( benda yang di percaya memiliki kekuatan ghaib yang dapat melindungi dari bahaya).

Kemudian Islam masuk ke Indonesia dan berdialog (berakulturasi-asimilasi) dengan budaya nenek moyang dan masyarakatnya. Islam mencoba meluruskan pemahaman dan pemaknaan masyarakat yang dapat mengarahkan pada ritual-ritual syirik tersebut. mendekati secara halus dan tidak ada unsur pemaksaan atau anarkisme.

Seiring masuk dan berkembangnya agama islam di Indonesia, tumpeng yang asalnya dimaknai sebagai sesaji selanjutnya mengalami pergeseran makna. Sehingga tumpeng tidak lagi dianggap memiliki makna magis atau supranatural. Pemaknaan baru yang ditanamkan islam tersebut kepada masyarakat, bahwa budaya nasi tumpeng merupakan bentuk simbolisme jawa untuk mengungkapkan maksud dan perasaan manusia kepada sang pencipta.

Nasi tumpeng kuning pada dekade ini, melambangkan kesejahteraan, kekayaan, atau rejeki yang melimpah. Dan dibuat untuk acara selamatan, seperti ulang tahun, kelahiran bayi, tamat sekolah atau kuliah, mendapat pekerjaan dan sebagainya. Nasi tumpeng kuning pada bagian bawahnya terdapat lauk-pauk, seperti sayuran dan olahan berbagai jenis daging, telor, maupun ikan.

Nasi tumpeng yang dibuat kerucut pada puncaknya dapat diartikan sebagai tujuan dari semua mahluk hidup di dunia yaitu Tuhan sebagai penguasa alam semesta. Kemudian manusia berada dibawahnya. Sedangkan pada bagian paling bawah terdapat berbagai jenis lauk pauk, apakah yang terbuat dari jenis daging atau ikan dan berbagai macam sayuran. Ini melambangkan kehidupan tumbuhan dan hewan yang berada dibawah manusia.

Nasi tumpeng yang dibuat sedemikian rupa juga melambangkan keharmonisan hidup manusia. Yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan hewan dan tumbuhan, maupuan hubungan yang harmonis antar manusia itu sendiri. Namun secara umum nasi tumpeng mempunyai makna puji syukur kepada​ Tuhan atas rejeki yang telah Dia berikan kepada kita. Dengan harapan kita akan selalu hidup tenteram, sehat dan sejahtera kedepannya.

Hingga dewasa ini, nasi tumpeng masih tetap menjadi budaya luhur bangsa yang dilestarikan masyarakat Indonesia. Tumpeng selalu dihadirkan pada perayaan-perayaan penting. Pengguna tumpengpun saat ini tidak hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga menyebar ke bagian pelosok nusantara lainnya, bahkan juga ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura bahkan Belanda (yang dikenal dengan nama rijstafel).

Akan tetapi yang menjadi persoalan adalah, ketika penyebaran tumpeng begitu pesat dan meluas tapi tidak dibarengi dengan makna filosofis yang terkandung didalamnya. Jangankan Pengguna tumpeng yang ada di mancanegara, orang pribumi Indonesia pun tidak banyak yang memahami apa sesungguhnya makna yang terkandung dalam simbolisasi nasi tumpeng tersebut. Sehingga banyak orang tahu apa dan bagaimana itu bentuk tumpeng tetapi tidak banyak yang tahu artinya.

jika diamati dari kerangka dan bentuk nasi tumpeng yang sedemikian rupa, tentu orang akan mampu menangkap makna yang tersimpan dibalik kemasan unik nasi tumpeng tersebut. Dan ketika makna itu benar-benar diresapi, maka manusia akan diingatkan betapa besar kekuasaan Sang Pencipta Alam ini, pentingnya menjaga keharmonisan dengan alam dan mempelajari nilai nilai hidup darinya, serta mempertahankan asas gotong royong, tolong menolong yang dalam istilah jawanya urip tulung tinulung, nandur kebecikan (menanam kebaikan), dan balas budi yang menjadi dasar kerukunan dan keharmonisan hidup bermasyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline