Lihat ke Halaman Asli

Annisa Putri Mahdia

Mahasiswa/Universitas Negeri Yogyakarta

Fenomena Gap Year dan Semi Gap Year: Menghadapi Tekanan yang Muncul

Diperbarui: 12 Oktober 2023   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memasuki dunia baru setelah lulus dari bangku sekolah menengah, kita sering kali sudah tidak asing lagi dengan istilah gap year dan semi gap year. Fenomena ini semakin menjadi perbincangan yang populer dan hangat di kalangan pelajar. Sayangnya, gap year dan semi gap year sering dipandang negatif dan dianggap sebagai tanda kegagalan bagi pelajar yang ingin menunda kuliah.

Istilah "gap year" sendiri berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu "gap" yang berarti jeda, dan "year" yang berarti tahun. Dengan begitu, gap year bisa didefinisikan sebagai periode waktu (jeda) yang diambil oleh seseorang setelah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah sebelum melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Fenomena gap year sering muncul ketika seseorang menghadapi sejumlah hambatan dalam melanjutkan pendidikan tinggi. Beberapa alasannya mungkin termasuk tidak diterima di perguruan tinggi negeri pilihan mereka, belum siap secara akademik untuk melanjutkan studi tinggi, atau masalah biaya yang membebani keputusan segera memasuki perguruan tinggi.

Gap year menjadi kesempatan untuk merefleksikan tujuan pendidikan mereka, memperbaiki persiapan akademik, dan merencanakan cara untuk mengatasi kendala finansial. Banyak orang memanfaatkan gap year untuk memperluas pengetahuan mereka, meningkatkan keterampilan mereka, dan mungkin mencari pekerjaan atau magang yang dapat membantu mereka membayar kuliah di masa mendatang. Ini memungkinkan mereka untuk berhenti sejenak, memperbaiki diri, dan mempersiapkan diri dari segi akademik dan finansial saat mereka memutuskan untuk kembali ke pendidikan tinggi.

Sebaliknya, pilihan semi gap year adalah untuk mereka yang memutuskan untuk melanjutkan kuliah di program studi atau universitas yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan tujuannya. Mereka mungkin belum berhasil masuk ke program studi atau universitas yang mereka pilih, tetapi mereka tidak ingin menganggur dan ingin tetap terlibat dalam pendidikan formal. Dalam hal ini, semi gap year memungkinkan mereka untuk terus terlibat dalam pendidikan formal.

Selama semi gap year, mereka sering mengambil mata kuliah, memperluas wawasan mereka, dan memperoleh keterampilan yang mungkin akan membantu mereka mencapai tujuan akademis yang lebih besar di masa mendatang. Ini menunjukkan keinginan untuk tetap aktif dalam pendidikan dan tetap bersemangat untuk mencapai tujuan akademis yang lebih besar di tahun-tahun mendatang.

Namun, seperti banyak perubahan besar dalam hidup, gap year dan semi gap year juga dapat mendatangkan tekanan yang signifikan. Tekanan yang dihadapi individu yang memutuskan untuk mengambil jalur ini meliputi berbagai aspek yang perlu diatasi. Dalam gap year, tekanan sosial menjadi salah satu yang paling terasa. Selama periode ini, masyarakat sering mengharapkan orang untuk mencapai tujuan tertentu, biasanya berkaitan dengan pencapaian akademik atau karier. Tekanan ini dapat membawa perasaan bersalah dan kekhawatiran akan tidak produktif atau kegagalan.

Selain itu, masalah keuangan juga harus dipertimbangkan dengan serius. Gap year seringkali memerlukan biaya, terutama jika seseorang ingin mengambil kursus persiapan untuk masuk perguruan tinggi atau melibatkan diri dalam pengalaman yang memerlukan biaya tambahan. Tantangan keuangan ini dapat menimbulkan tekanan yang besar, terutama bagi mereka yang merasa memiliki keterbatasan keuangan.

Selain tekanan eksternal, gap year juga dapat menimbulkan tekanan internal Jika harapan tersebut tidak terpenuhi, hal itu dapat menyebabkan stres mental. Ini karena orang memiliki harapan yang tinggi tentang pencapaian pribadi selama periode ini, seperti menemukan tujuan hidup atau mencapai tujuan tertentu.

Di sisi lain, peran ganda sering menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan tekanan selama semi gap year. Mereka yang memutuskan untuk pergi ke perguruan tinggi harus mempertimbangkan tanggung jawab ganda ini. Meskipun mereka terlibat dalam aktivitas kampus seperti mengerjakan tugas dan berpartisipasi dalam organisasi, mereka juga harus mempersiapkan diri untuk ujian masuk tahun berikutnya. Ini dapat menimbulkan tekanan pengaturan waktu dan beban emosional yang signifikan, sehingga mereka harus mengelola prioritas dan jadwal mereka dengan cermat.

Dalam semi gap year, kehilangan momentum juga dapat menjadi tekanan. Mengambil jeda dari pendidikan dapat berarti kehilangan ritme dan kecepatan yang mungkin telah dibangun sebelumnya. Kembali ke rutinitas setelah satu tahun jeda dapat terasa sulit dan dapat menyebabkan tekanan untuk mengejar ketertinggalan.

Terlebih lagi, selama semi gap year, orang sering dipaksa untuk membuat keputusan penting tentang masa depan mereka. Masa jeda ini biasanya digunakan untuk merenungkan tujuan dan jalan hidup mereka, yang dapat membuat mereka tertekan untuk mengambil langkah berikutnya dalam perjalanan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline