Oleh: Syifa Annida
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Menilik masalah literasi di Indonesia, rasanya tidak pernah mengalami banyak perubahan. Informasi mengenai rendahnya minat baca di Indonesia selalu mudah dijumpai diberbagai media sosial. Dilansir dari website ITS, penelitian yang dilakukan oleh studi Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018, menyatakan tingkat literasi Indonesia berada diperingkat 71 dari 77 negara yang ada di dunia. Tentu hal ini sangat memprihatinkan. Padahal seharusnya masyarakat Indonesia khususnya generasi muda mampu menjadikan tokoh-tokoh penting seperti B.J. Habibie, Gus Dur, dan R.A Kartini sebagai panutan dalam berliterasi. Namun, jika kita memperhatikan lebih jauh, kepekaan masyarakat terhadap minat baca bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan negara kita berada diperingkat terbawah dalam hal literasi. Faktor lainnya ialah belum meratanya lembaga perpustakaan maupun ruang baca yang berada dekat dengan masyarakat, sehingga masyarakat merasa enggan menyambangi perpustakaan daerah yang biasanya berada di lingkungan lembaga pemerintahan. Selain itu, minim sekali ajakan dan juga contoh yang diberikan pemerintah kepada masyarakat perihal pentingnya berliterasi.
Berdasarkan beberapa faktor tersebut, tentu kita sangat menyadari bahwa kesadaran masyarakat tidak akan timbul secara tiba-tiba. Oleh sebab itu, diperlukan dorongan serta tindak nyata guna menstimulasi kepekaan masyarakat dalam peningkatan literasi. Salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan oleh pemerhati literasi adalah program SAGASAPAKU (Satu Keluarga Satu Paket Buku). Program ini sengaja melibatkan keluarga karena keluarga merupakan sekolah pertama untuk membentuk kepribadian anak. Rumah menjadi tempat di mana keluarga menghabiskan waktu paling banyak. Maka di rumah jugalah diskusi, nasihat, juga buah pikir yang cemerlang akan terbentuk.
Program SAGASAPAKU memerlukan kolaborasi antara keluarga, RT, RW dan perangkat desa yang lebih tinggi. Namun, untuk tahap awal, program ini dapat berjalan cukup dengan kolaborasi antara keluarga dan lingkungan RT. Lantas bagaimana penerapannya?
Ketua RT bersama dengan jajarannya dapat menggunakan iuaran yang terkumpul untuk membeli beberapa buku dengan variasi isi yang berbeda, variasi ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang ada di lingkungan. Pada tahap awal, ketua RT dapat menyediakan 2 paket buku dengan ketentuan yaitu satu keluarga minimal diberikan 5 buah buku dengan contoh variasi buku seperti buku hiburan/hobi, buku manajemen keuangan, buku motivasi, buku yang berisi karya sastra, buku informasi dunia dan lain sebagainya. Buku-buku tersebut dapat disimpan di dalam kotak seperti kotak P3K, untuk selanjutnya diberikan durasi waktu membaca, misalnya dalam 2 minggu minimal 3 buku selesai dibaca oleh beberapa anggota keluarga. Setelah selesai membaca satu paket buku, kotak yang berisi buku tersebut dapat berpindah ke keluarga lainnya. Jadi program SAGASAPAKU ini menggunakan sistem bergilir. Apabila program berjalan dengan baik, koleksi paket buku dapat ditambah dengan menggunakan uang iuran kembali atau mengajukan permohonan donasi buku ke perpustakaan daerah setempat. Dengan begitu masyarakat akan terbiasa membaca dan berujung pada terwujudnya masyarakat yang gemar membaca.
Selain program SAGASAPAKU, ketua RT juga dapat memfasilitasi ruang baca untuk masyarakat dengan meletakan rak-rak buku di pos ronda atau tempat di mana biasanya warga berkumpul untuk melakukan pertemuan. Akan lebih menarik dan memotivasi apabila RT dan jajarannya melibatkan anak-anak sebagai pengelola ruang baca. Atau dengan kata lain dibuat kelompok pustakawan cilik. Inovasi pustakawan cilik akan membantu mereka akrab dengan buku, sehingga rasa ingin tahu dan minat literasi anak-anak akan tertanam sejak dini. Bonusnya mereka akan mencintai buku dan tumbuh besar dengan pengalaman yang unik dan menyenangkan.
Kedua program ini, apabila berhasil diterapkan di lingkungan masyarakat tentu akan menghasilkan dampak yang luar biasa positif. Dimulai dari keluarga, masyarakat Indonesia akan melihat dunia dengan lebih luas. Karena seperti yang dikatakan oleh salah seorang penulis "buku bisa mengajak kita jalan-jalan tanpa harus menggerakkan kaki." Semoga program ini dan program lain di luar sana yang berfokus untuk meningkatkan minat literasi masyarakat Indonesia dapat segera terwujud. Besar harapan saya, Indonesia tidak lagi berada di posisi terbawah perihal literasi.
#Salam Literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H