Hari ini adalah minggu ketiga, Cahaya dan teman-temannya berada di kampung Pare. Seperti biasa, akhir pekan mereka gunakan untuk berlibur. Sehabis salat Subuh berjamaah di Mushola dekat kos. Cahaya dan teman-temannya biasa menghabiskan pagi dengan berjalan-jalan keliling desa. Menyusuri jalan menuju sawah dengan tanaman brokoli, kubis, kol, kentang, cabe dan segala macam tanaman hortikultura lainnya.
Karena tidak pernah melihat tanaman-tanaman itu sebelumnya, melihat momen panen menjadi agenda yang sangat menyenangkan bagi mereka. Mereka bahkan berfoto di sawah dengan latar tanaman hortikultura. Setelah puas berjalan-jalan, biasanya mereka akan bersantai di bawah rerimbunan pohon bambu atau yang biasa disebut barongan.
Pagi itu, saat bersantai di barongan, mereka bertemu dengan teman-teman kursus. Mereka mengajak mengunjungi gua Surowono. "Ayo, ikut ke gua Surowono. Dekat kok. Kita naik andong saja. Nanti pulangnya jalan kaki saja," kata Dimas, salah seorang temannya. Setelah mengobrol lama, akhirnya mereka pun sepakat ikut juga.
Segera Cahaya dan teman-temannya pulang ke kos untuk membeli sarapan dan mandi. Setelah bersiap-siap semua, Cahaya dan kelima temannya menuju tempat janjian yang sudah ditentukan. Dan benar saja, teman-temannya sudah menunggu kedatangan Cahaya dan lima temannya. Tiga lelaki dan tujuh lainnya perempuan itu pun berangkat dengan andong yang sudah dipesan.
Setelah perjalanan hampir 15 menit. Akhirnya mereka sampai juga di tempat yang dituju. Setelah membayar sejumlah uang, akhirnya andong pun pergi. Di tempat tersebut, ternyata sudah ramai pengunjung. Gua yang terletak di area persawahan dan barongan ini, sekilas memang tidak tampak seperti gua pada umumnya.
Gua Surowono merupakan gua atau lorong yang di dalamnya mengalir sebuah sungai yang airnya sangat jernih. Gua yang terletak di Desa Canggu, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri ini konon merupakan sistem kanal. Terowongan Surowono sering disebut terowongan pelarungan. Sebab pada zaman Majapahit, sering digunakan ritual larung sesaji.
Terowongan ini terdiri dari lima sumur dengan jarak antar sumur sekitar 50 hingga 60 meter. Mulut terowongan berbentuk kubah, selebar tubuh manusia dengan tinggi sekitar 160 cm hingga 170 cm, bahkan di antara sumur ke-empat dan ke-lima jarak dasar terowongan dan langit-langit hanya sekitar 60 cm.
Menurut kepercayaan masyarakat Desa Canggu, salah satu lorong dari Gua Surowono ini terhubung hingga keraton Panjalu/Kadhri/Kadhiri (Kabupaten Kediri, Jawa Timur sekarang). Konon sungai bawah tanah itu merupakan sebuah terowongan rahasia untuk melarikan diri jika terjadi sebuah prahara keraton.
Untuk memasuki lorong Gua Surowono, harus dipandu oleh penjaga, karena terdapat percabangan lorong yang bisa membuat orang tersesat di dalamnya. Pintu masuk dan pintu keluar Gua Surowono berbeda dengan gua lainnya, di sini, pintu masuk dan pintu keluar berada di tempat yang berbeda. Kebanyakan pengunjung hanya melihat di luar saja. Karena ajakan temannya, Cahaya dan kelima temannya pun akhirnya ikut masuk lorong gua.
"Ayo kita ikut saja, temanku ini asli sini. Dia yang akan memandunya," ajak Dimas dengan semangatnya.