Lihat ke Halaman Asli

Doa, Usaha, dan Ketekunan Kunci Segala Kesuksesan

Diperbarui: 8 Januari 2017   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tidak tahu dengan makanan yang satu ini, Mie ayam yang kini akrab dijadikan menu santap siang ataupun camilan petang saat lapar menyerang, sebenarnya merupakan "turunan" makanan khas China, bakmi. Di tanah kelahirannya, bakmi dibuat dari tepung terigu dan disajikan dengan kuah terpisah. Di atas mi biasanya ditambahkan lauk berupa potongan daging berbumbu serta sayuran. Daging yang umumnya digunakan di China adalah daging babi. Namun, saat "hijrah" ke Indonesia melalui hubungan perdagangan, bakmi berubah menyesuaikan lidah lokal. Namun sekarang yang saya ceritakan adalah tentang penjual mie ayam yang bisa dibilang sukses. Mas Dono sapaan yang biasa warga perumahan griya kenari mas, Mas Dono memulai bisnis mie ayam nya sejak 11 tahun yang lalu, mengawali bisnis nya dengan berjualan berkeliling komplek perumahan sembari mengumpulkan tabungan untuk membuat gerai di depan rumahnya. Kini warung mie ayamnya telah lumayan sukses, walau hanya membuka satu warung mie ayam, tetapi setiap warga perumahan selalu rela mengantri untuk membelinya.

Masa kecilnya di lalui di sebuah desa di Semarang, Jawa tengah. Mas Dono dilahirkan pada tanggal 15 juni 1972. Masa kecilnya bisa dibilang dilalui dengan cukup berat, namu kegetiran tersebut di terus diratapi oleh mas dono, justru malah menjadi cambuk. Saat beranjak dewasa, Berbekal tekad yang kuat ,anak dari pertama dari tiga bersaudara ini kemudian terlecut hatinya untuk keluar dari kemiskinan, meninggalkan desa tercinta dan mengadu nasib ke kota. Walaupun berat meninggalkan kedua orang tuanya mas dono tetap bertekad pergi ke kota, saat tiba di kota Bogor Mas dono berkerja serabutan, mengumpulkan rupiah untuk membuka usaha sendiri, dan dia memilih membuka usaha mie ayam sekarang. "Pertama kali jualan tahun 2000 ketika masih berusia 28 tahun senang banget rasanya," kisahnya. Tidak diduga, hasil jualan mie ayamnya ternyata laris manis. Alhasil, Setelah melewati masa-masa susah dan senang berjualan mie ayam, Mas dono yang telah memiliki tabungan lebih untuk membuka warung dan tidak berkeliling lagi.

Seperti halnya usaha-usaha lainnya, pada hari-hari pertama diwarnai ketidak-menentuan, hari ini ramai, hari berikutnya sepi. Menghadapi kondisi seperti ini, bukan malah menyurutkan hati Mas Dono untuk berhenti berjualan tetapi makin menambah semangatnya untuk bagaimana membuat mie ayamnya enak dimata pelanggan. Kerja keras dan keuletannya membuahkan hasil. Warung mie ayamnya setiap hari dibanjiri pelanggan.

Yang membuat mie ayam Mas Dono ini ramai bukan karena rasa mie ayam yang dia buat berbeda ada hal lain yang membedakan yaitu sambal yang di gunakan untuk mie ayamnya membuat siapaun yang mencobanya ketagihan, sekilas sambal terlihat biasa saja tetapi saat di cicipi rasa peda langsung menusuk ke lidah penikmat. Juga harga yang terbilang cukup murah jadi lebih mudah menggaet pelanggan. Mas Dono memiliki visi kedepan yang sangat kuat, Mas dono berkeyakinan bahwa setiap harus punya cita-cita dan perlu menggapainya perlu usaha yang sungguh dan kemampuan dan kemauan untuk belajar kepada orang lain “Kunci saya membangun usaha sampai sekarang adalah selalu meningkatkan mutu serta layanan, walaupun hanya warung kecil” ujarnya. Di samping itu, Mas Dono juga berhasil menyekolahkan anaknya sampai sekarang kuliah di universitas di semarang, kampung halamannya. Mas dono selalu mengirimkan biaya kuliahnya setiap 3 bulan sekali untuk kebutuhan anaknya kuliah. “saya hanya berharap anak saya bisa membuat bangga saya dan ibunya saja sudah cukup” ujarnya.

Kesimpulan yang bisa kita ambil dari pengalaman Mas Dono adalah tekad dan dan keteguhan hati dalam setiap menjalankan usaha, selalu berusaha untuk menggapai semua cita-cita karna tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Minggu 08/01/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline