Lihat ke Halaman Asli

anne rufaidah

Penulis Lepas, Penyuka Jajan dan Jalan-Jalan

Faisal Rusdi, Berani Mandiri Lewat Karya Lukis

Diperbarui: 5 Juni 2021   04:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faisal Rusdi, Pelukis Mulut Profesional anggota AMFPA tengah menyelesaikan salah satu lukisannya (sumber : www.facebook.com/faisal.rusdi.1)

Sore itu, Faisal tengah melukis sebuah pemandangan indah dengan rimbunan bunga di sekelilingnya. Kuas yang diapit oleh mulutnya, menggoreskan warna warni bunga yang nampak cantik di kala senja. Perlahan, Faisal pun mengganti warna di atas kuas yang menempel di mulutnya, meski terlihat sulit bagi sebagian orang, namun gerakan kepala dan tubuh Faisal cukup luwes saat harus menggerakkan kuas dengan mulutnya,

Sejak lahir, Faisal Rusdi menderita Cerebral Palsy, dimana hampir seluruh anggota tubuhnya lumpuh dan hanya pada bagian-bagian tertentu saja yang bisa bergerak.

Orangtua Faisal tak menyerah, meski kondisi putranya demikian, mereka tetap menyekolahkan Faisal di sebuah sekolah khusus Difabel. Namun Faisal yang beranjak tumbuh remaja, mulai merasakan hal-hal yang dianggapnya diskriminasi terhadap kemampuan dirinya.

“Memang secara fisik saya penyandang disabilitas, akan tetapi secara intelektual sebenernya saya tidak mengalami gangguan sama sekali. Saya sejak kecil diajarkan untuk berhitung, dan membaca.

Saat masuk sekolah SLB, saya merasa seperti kemampuan saya disama-ratakan dengan mereka yang disabilitasnya berbeda dengan saya. Saya menilai, tidak ada satu pun dari pengajar itu yang melihat potensi saya,” ucap Faisal.

Kondisinya yang berbeda dengan usianya yang kala itu 9 tahun memang kerap membuat Faisal tidak percaya diri. Terlebih saat mengenyam pendidikan, rata-rata hal yang diajarkan masih seputar keterampilan sehari-hari dan juga didominasi terapi. Sehingga diakuiinya, kemampuan intelektual yang sangat sedikit diasah membuatnya terus menerus tidak percaya diri.

Sejak SD hingga lulus dari sekolah setingkat kejuruan SLB, ia pun mulai bingung mau melakukan apa. Saat ada salah seorang pengajar yang menyarankan dirinya untuk kursus membetulkan elektronik, Faisal pun bingung. Kondisi kedua tangan dan jarinya yang sangat sulit digerakkan, tentu akan menyulitkannya membetulkan alat elektronik. 

Dari situlah ia semakin tidak percaya diri dan menilai bahwa tak ada seorang pun yang melihat potensi dirinya bisa melakukan apa. Namun karena sejak kecil Faisal senang menggambar dan sejak kecil orang tuanya sering memberikannya peralatan menggambar. Dengan keterbatasan gerak jari dan tangannya, Faisal pun kerap berusaha menggambar apapun yang ia senangi.

Merasa jenuh, akhirnya di usia 15 tahun, Faisal memberanikan diri meminta pada orang tuanya untuk dikursuskan menggambar. Untuk pertama kalinya secara formal Faisal belajar melukis di Studio Rangga Gempol, milik Maestro Lukis Indonesia, Barli. Saat itu pulalah pertama kalinya, Faisal bergaul dengan teman-taman non-disabilitas dan belajar bersama mereka.

“Saat itu saya gak pede, mudah panik. Pensil jatuh aja saya panik karena dilihat banyak orang. Sebegitunya saya saat itu karena tidak terbiasa bergaul dengan yang non-disabilitas,” katanya.

Di sana ia masih belajar melukis dengan 2 jari kirinya, yang diakui Faisal masih terasa kagok saat melukis lantaran posisinya saat melukis cukup membuatnya mudah lelah karena tangan yang tertumpu dan kaku, juga harus terus berbaring.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline