Lihat ke Halaman Asli

Praktikum WIROLEGI 2

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL - UNIVERSITAS JEMBER

Penanganan Stunting dan Pernikahan Dini Kelurahan Wirolegi-Praktikum Analisis Kebijakan Sosial Kelompok 2 Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-UNEJ

Diperbarui: 1 Juni 2024   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

whatsapp-image-2024-05-15-at-18-47-59-665b37b4c925c46812649452.jpeg

whatsapp-image-2024-05-15-at-18-52-08-665b37c634777c37d6782932.jpeg

Laporan Praktikum Minggu Ketiga: Penanganan Stunting dan Pernikahan Dini di Kelurahan Wirolegi

Rabu, 15 Mei 2024 - Pada minggu ketiga pelaksanaan praktikum analisis kebijakan sosial, mahasiswa Universitas Jember melanjutkan kegiatan asesmen terkait penanganan stunting dan pernikahan dini di Kelurahan Wirolegi. Asesmen ini mencakup wawancara dengan pihak kelurahan, Tim Pendamping Keluarga (TPK), dan kader posyandu di lingkungan Kaliwining dan Sumberejo.

Hasil Asesmen 1: Kebijakan Kelurahan

Fika Huliyata Dury dan Amanda Olivia Octamilanie melaporkan bahwa kebijakan penanganan stunting dan pernikahan dini di Kelurahan Wirolegi lebih banyak berasal dari pemerintah pusat. Pemberian makanan tambahan (PMT) berupa susu dan vitamin kepada bayi dan ibu hamil dianggap efektif dalam mengurangi angka stunting. Selain itu, bantuan sembako juga diberikan, meskipun tidak secara spesifik untuk penanganan stunting dan pernikahan dini.

Bapak Lurah menyebutkan bahwa dua lingkungan, Kaliwining dan Sumberejo, memiliki tingkat stunting dan pernikahan dini yang tinggi. Dana untuk program-program ini sebagian besar berasal dari CSR dan sumber lain, karena kelurahan tidak memiliki dana swadaya sendiri.

Hasil Asesmen 2: Lingkungan Kaliwining

Fika Huliyata Dury, Amanda Olivia Octamilanie, dan Annastia Ariqoh melaporkan bahwa di lingkungan Kaliwining, rendahnya pendidikan dan budaya menikah dini menjadi penyebab utama stunting dan pernikahan dini. TPK dan kader posyandu melakukan penyuluhan tentang pentingnya menikah di usia yang sesuai dan pentingnya pendidikan.

Meskipun demikian, program Kampung Remaja Sehat yang pernah berjalan di lingkungan ini terhenti karena kurangnya dukungan dari pemerintah setempat. Hambatan lain termasuk keterbatasan tenaga kerja di posyandu, dengan hanya satu bidan dan lima kader untuk melayani 86 anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline