Beberapa hari ini kita banyak mendengar keluhan-keluhan karena BBM naik. Beberapa waktu yang lalu saya naik publik transportasi lintas kota untuk menuju suatu tempat. Percakapan di dalam mobil tersebut berkisar tentang kenaikan BBM khususnya pertalite.
Sopir ingin menaikkan tarifnya namun penumpang masih menginginkan harga yang sama. Hingga akhirnya ketika turun penumpang tetap memberikan ongkos dengan harga yang sama seperti sebelum BBM naik. Dan si sopir hanya tersenyum kecut menerima ongkos yang diberikan penumoang tersebut.
Belum lagi keluhan para ibu-ibu sekitar, mereka bercerita dengan BBM naik semua bahan juga ikut naik. Biasanya mereka belanja seratu ribu untuk beberapa item, kini mereka mulai banyak mengurangi belanjaannya. Mereka mulai memutar otak agar uang belanja dapat mencukupi kebutuhan dapur mereka.
Saya sendiri juga ikut merasakan ketika membeli BBM untuk sepeda motor yang saya gunakan bekerja setiap hari. Saya terbiasa menggunakan pertalite. Biasanya saya membeli Rp 23.000 untuk full tank yang dapat digunakan beberapa kali pulang pergi ke tempat kerja. Kebetulan tempat kerja hanya 7 km dari rumah.
Namun sekarang saya merasakan kenaikan yang cukup lumayan juga. Sekali isi BBM full tank saya perlu merogoh kocek sebesar Rp 30.000. Naik Rp 7000 namun mungkin karena belum terbiasa sempat juga merasakan, wah ternyata terasa juga ya kenaikan BBM ini.
Nah, yang cukup mengherankan dengan harga BBM yang naik ini, SPBU terdekat selalu antri dan penuh oleh para pembeli BBM khusunya pertalite. Sebenarnya barang tidak langka namun para pembeli tidak pernah sepi bahkan meluap sampai ke jalan raya. Beberapa kali niat saya untuk membeli BBM di SPBU terdekat saya urungkan karena melihat artian yang cukup panjang, dan pada akhirnya saya memutuskan untuk membeli eceran yang cukuo banyak juga dijual dipinggir jalan.
Dari fenomena ini dapat saya simpulkan walaupun BBM naik, antusiasme para pembeli tidak menurun. Walaupun mungkin sebenarnya para pembeli ini tidak hanya untuk kebutuhan BBM kendaraannya, mungkin banyak pula di antara mereka yang membeli BBM khususnya pertalite untuk dijual kembali.
Bagi saya yang memang tidak mau ribet berlama-lama antri di SPBU maka saya langsung pindah membeli eceran. Di daerah saya untuk eceran masih satu harga, yaitu Rp 13.000 untuk kemasan botol satu liter dan Rp 18.000 untuk kemasan botol A*** yang besar. Di daerah kota yang kecil Rp 12.000 dan yang besar Rp 17.000. Ya memang lebih mahal jika kita beli eceran namun hal ini lebih praktis dan cepat dibandingkan harus antri berjam-jam di SPBU.
Sedangkan laba bagi para penjual BBM di pinggir jalan ini tidak seberapa namun jika stok barang mereka juga cukup banyak maka laba yang mereka dapatkan juga lumayan. Terbukti semakin banyak penjual BBM eceran yang satu sama lain tidak berjauhan dan mereka juga memiliki pembeli masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H