Lihat ke Halaman Asli

Annas Maulana

Pena Impian

Curahan Bumi Pertiwi di Pangkuan Kartini Bawi Nyai Harati

Diperbarui: 4 Mei 2020   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi: Grid. Id

Wahai bumiku, apakah ini murkamu?

Sampai kapan engkau akan terus membuat dirikami menderita dengan hadirnya kawanmu virus covid 19? Apakah ini semua pembalasan yang engkau berikan kepada kami terhadap perlakuan yang telah kami lakukan kepada alam? Kami hanyalah sekumpulan pendosa yang mencoba melakukan berbagai cara agar bisa menyambung nyawa kami? 

Mungkin Tuhan sudah mulai bosan dengan tingkah laku manusia yang selalu salah dan bangga terhadap dosa -- dosa yang telah dilakukan. Mari sejenak kita renungi apa saja yang telah anda dapatkan dari alam? Dan apa yang telah anda berikan untuk bumi pertiwi kita tercinta ?

Pengantar di atas bisa menjadi teman tidur kita untuk menemani malam yang gelap segelap alam yang redup memberikan sinar kebahagian kepada manusia itulah pemantik awal bagaimana virus covid 19 melanda seluruh dunia sekarang bukan hanya Indonesia tetapi seluruh bumi kita tercinta. Ketika kita berupaya dengan sekuat tenaga untuk mulai memerangi yang namanya polusi, kerusakan lingkungan, serta hal lain yang merusak alam. 

Pemerintah dengan kuasanya memberikan kelenggangan kepada penguasa yang berdasi rapi mendirikan bangunan nan kokoh dan megah yang dengan perkasanya merenggut keperawanan alamku dengan mengoyak -- ngoyak tanpa ampun dan hanya menyisakan duka kepada kami dan alam untuk memuaskan nafsu mereka kepada dunia.

Bagaimana nasib kartini bawi dayak yang dengan anggun dan gemulai dengan tradisi nenek moyang yang diturunkan dengan memikul lanjung dilengkapi tajak dan tatujah untuk bertanam padi mereka bukan hanya bertanam padi namun mereka juga menjaga harmonisasi alam yang berpadu dengan keselerasan budaya yang berirama indah dan mempesona. 

Sungguh malang bawi dayakku apa yang harus kita lakukan? Ketika kita bersuara kepada pemerintah namun hanya segelintiran suara angin berlalu, wajar langit menurunkan murkanya untuk orang yang rakus akan kuasa. Perlu adanya kolaborasi dan sinergi membangun Indonesia yang cinta alam, budaya, dan manusia bagaimana cara kita bisa hidup berdampingan dengan alam tanpa alam, murka dengan kita? 

Mari kita bangunkan dan sadarkan kawan kita bahwa alam rindu dengan indahnya bawi dayak bersendayu dan canda gurau dengan alam yang memanggil dan menuliskan suratan pena impian yang ingin disampaikannya kepada sahabat bumiku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline