Lihat ke Halaman Asli

Paha atau Dada

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perawakannya atletis, sorot matanya yang tajam tampak liar mengawasi sekelilingnya. Kelihatan dia sangat selektif dan tidak ingin salah dalam memilih, dia mencari yang terbaik diantara kumpulan itu. Dua orang anak kecil yang sejak awal mengawasinya itu menjinjitkan kaki berusaha mengintip dari celah dinding papan yang renggang. Kurang tinggi. Akhirnya mereka bergantian naik ke pundak agar lebih leluasa mengamati apa yang sedang terjadi di dalam sana.

Beberapa waktu kemudian kedua anak itu terpaku diam, saling pandang satu sama lain tanpa sepatah katapun. Berulangkali mereka menelan air liur agar tidak menetes keluar, takjub seakan tidak percaya dengan pemandangan di hadapan mereka. Paha dan dada yang menggoda.

“Kok masih diam, ayo digarap.”
“Bingung Paman darimana memulainya.” Jawab anak yang bertubuh gempal.
“Iya Paman, sebaiknya mana yang lebih dulu?”
“Sebaiknya segala sesuatu awali dan niatkan dengan hati, bila kalian sudah dapatkan hatinya bisa jadi akan dapatkan paha dan dadanya juga.”

Kedua anak itu mengerutkan kening lalu secepat kilat menyambar hati diantara paha dan dada dalam piring di hadapan mereka.
“Ayo dihabiskan, itu ayam organik lebih enak dan lebih sehat.”

Tembilahan, 10 Mei 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline