Kerja sosial, sumber gambar : www.merdeka.com
Kerusuhan di penjara kembali terjadi, dan alasan penjara penuh selalu digunakan kembali. Solusi untuk penjara penuh hanya ada 2, yaitu menambah kapasitas penjara dan mengurangi jumlah narapidana.
Solusi menambah kapasitas penjara dengan instan dan murah meriah sudah dibahas di artikel (Friday Ideas-7) Penjara Kepulauan yang Murah Meriah yaitu dengan memanfaatkan ribuan pulau yang menganggur. Meski teknisnya nanti mungkin berbeda dari link artikel diatas, tetapi adalah fakta bahwa ribuan pulau tersebut menganggur dan siap menampung napi sebanyak mungkin.
Sekarang kita membicarakan poin ke2, bagaimana cara mengurangi jumlah narapidana :
1. Kerja Sosial
Kita sangat mengapresiasi DPR dan Pemerintah yang sekarang mengerjakan UU untuk hukuman kerja sosial. Sayang sekali hukuman ini baru sekarang terpikir dan mau diimplementasikan, padahal di luar negeri sudah sejak dahulu kala. Kenapa? Karena kerja sosial ini sebenarnya bagian utama dari program rehabilitasi karakter narapidana.
Kenapa kerja sosial penting?
Orang cenderung berbuat jahat, karena sebelumnya dia kurang berbuat baik. Sesimple itu. Karena itu untuk menghilangkan karakter/kecenderungan jahat itu, harus dilatih untuk berbuat baik sebanyak mungkin sehingga menjadi kebiasaan yang berlanjut setelah keluar dari penjara.
Sangat berbeda dengan pembinaan di penjara saat ini, yang meskipun di beberapa penjara sudah ada pembinaan dan pelatihan, tapi tidak semua tepat guna. Setiap jenis kejahatan itu beda, karena itu bentuk pembinaan juga tidak bisa disamaratakan. Misalnya koruptor, untuk apa dilatih membuat kerajinan tangan? Wong korupsi jauh lebih mudah dan dapat milyaran? Hahaha...
Pembinaan karakter dengan melatih jiwa sosiallah yang dapat membantu napi secara umum untuk semua jenis kejahatan.
Contoh : koruptor akan lebih mungkin bertobat, bila dia turut diajak melihat kehidupan sengsara rakyatnya, suruh mereka melakukan bedah rumah rakyat yang miskin misalnya (dengan tenaga sendiri, bukan uang), suruh mereka melakukan pekerjaan kasar rakyat miskin untuk mencari sesuap nasi (memulung sampah dll), hal-hal praktis seperti itulah yang memberi pelajaran bahwa uang yang mereka korupsi = "membunuh" kehidupan rakyatnya, bukan pelatihan, apalagi sekolah s2 dari penjara, setelah keluar makin canggih korupsinya, wkwkwk...