Lihat ke Halaman Asli

Kekuatan Politik Dibalik Kebakaran Hutan? (dan solusinya)

Diperbarui: 2 Oktober 2015   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kebakaran Hutan, sumber gambar : harianterbit.com"][/caption]

Penulis bertanya-tanya, kenapa 18 tahun kebakaran hutan tidak terselesaikan? Multi presiden, multi gubernur, walikota dst?

Jawabannya ternyata mudah, karena ada kekuatan politik di belakangnya...

Meski dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan data-data yang lebih akurat, tetapi sudah rahasia umum bila kader-kader bahkan ketua umum partai politik adalah pemilik langsung maupun pemilik saham bisnis lahan sawit dll dimana menjadi bagian dari lahan yang terbakar..

Percuma juga diselidiki, karena mereka yang memegang semua kekuasaan politik di negeri ini. Bila seorang Gayus saja dapat membeli hukum, apalagi seorang petinggi partai..

Sangat disayangkan sebenarnya, pemerintahan sebelumnya yang cukup stabil dan kuat selama 10 tahun, tetap juga tidak dapat menyelesaikan hal ini, karena saat-saat itu, bargaining powernya tentu jauh lebih tinggi daripada sekarang..

Sekarang presidennya bukan ketua partai, bahkan dikatakan petugas partai, masih baru 1 tahun, dan setiap hari dirong-rong oleh orang-orang yang tidak bisa move on. Tentu kemungkinan untuk menyelesaikan kekuatan politik di belakang pembakar lahan tetap ada, meski butuh kenekadan tersendiri...

Dan itulah salah satu jawaban bila ada yang bertanya, kenapa sih kok kebakaran lahan berulang? lha wong kita rakyatnya juga memilih "mereka orang2 yang sama" untuk memimpin kita secara berulang ! hahaha... 

Kita mengapresiasi pencabutan izin yang mulai dilakukan tahun ini, hal ini efektif untuk perusahaan kecil-menengah, tetapi tidak untuk induk2nya. Mungkinkah kita mencabut izin lahan yang dikuasai oleh kekuatan politik? bisa2 kita yang tercabut dari posisi kita, hahaha...

Selain itu dicabutpun percuma, setelah itu mereka akan membuat dan mengajukan izin baru. 

Lalu harus bagaimana?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline