[caption caption="Perkawinan Sesama Jenis, kebebasan yang keblabasan, sumber gambar : koranpembebasan.wordpress.com"][/caption]
Melihat artikel di kompasiana yang membahas mengenai "pelangi" dan LGBT tidak banyak (dimana diluar kebiasaan kompasianers yang responsive terhadap isu penting) dan cenderung isi artikelnya bersikap hati-hati tidak mendukung maupun menentang, karena isu yang sensitif, maka penulis merasa perlu menulis dari sisi berbeda.
Penulis merasa kesensitifan suatu isu bukan dihindari untuk dibahas, tetapi justru harus dibahas sehingga mendapatkan masukkan dari 2 sisi pandangan yang berbeda, dan mencegah meluasnya pandangan yang "tidak benar"...
Kenapa berani menggunakan kata "tidak benar" di atas, bukannya di dunia ini tidak ada kebenaran absolut dan masing-masing berhak menyuarakan pendapatnya? Yup, secara sekilas memang seperti itu, tetapi justru peradaban manusia terbentuk karena aturan-aturan yang dibuat, bukan dengan meniadakan "kebenaran" dan melepaskan kebebasan ke pasar bebas..
Berikut alasan pandangan ini :
1. Bertentangan dengan Agama
Sudah jelas menurut kitab Alquran dan Alkibat khususnya, bahwa Tuhan menciptakan pria dan wanita untuk membentuk keluarga. Hal ini juga sangat jelas terkonfirmasi dari bentuk fisik pria dan wanita yang berbeda dan saling melengkapi. Bukan pria untuk pria dan bukan wanita untuk wanita.
Memang ajaran agama selalu diperdebatkan, tetapi harus kita akui bahwa agamalah yang memberikan aturan kehidupan pada manusia. Bila tanpa aturan, akan seperti apakah kehidupan manusia?
Dan bila kita berkompromi, tanpa kita sadari maka akan ada hal ke 2-3, dst juga yang akan dikompromikan..
2. Pandangan yang menular dan pengaruh lingkungan
Penulis bukan menolak komunitas LGBT, tetapi menolak PERNIKAHAN sesama jenis yang dilegalkan. karena pelegalan pernikahan sesama jenis = membuat hal ini menjadi hal yang normal untuk dilakukan.