Seminggu yang lalu, Senin 22 Agustus 2016 delegasi Partai Golkar diajak mengunjungi komunitas Jianye di distrik Yue An, Nanjing. Kompleks apartemen yang pelayanan masyarakatnya dikelola oleh kader-kader Partai Komunis Tiongkok (PKT) atau Communist Party of China (CPC). Delegasi Partai Golkar yang terdiri dari 13 orang dipimpin oleh Wakil Sekjen; Tubagus Ace Hasan Syadeli. 12 orang lainnya adalah: Melkiades Lakalena (Wakil Sekjen), Sari Yulianti (Wakil Bendum), Ernawati Tahang (Wakil Bendum), Selina Gita (Wakil Bendum), Rofiqul Umam (Ketua Departemen), Fauziah Pujiwatie (Ketua Departemen), Marleen Petta (Ketua Departemen), Emmalia Natar (Ketua Departemen), Andi Nursyam Halid (Sekjen PP AMPG), Syafaat Perdana (Ketua PP AMPG), Harumi Primasari (Wakil Bendum PP AMPG) dan saya sendiri; Achmad Annama (Wakil Sekjen PP AMPG).
Salah satu yang menonjol dari komunitas Jianye ini adalah program pelayanan terhadap mereka yang tergolong manusia lanjut usia (manula). Selain pelayanan kesehatan cuma-cuma dan konseling, mereka juga disediakan sarana olahraga dan klub seni. Klub seni yang terlihat rutin berlatih dengan banyak peminatnya adalah klub alat musik Xulusi (dibaca Hulusi).
Apakah Xulusi itu? Xulusi adalah alat musik tiup milik etnis minoritas di Yunnan. Alat serupa seruling dengan penampilan elegan ini menghasilkan suara yang unik, indah dan lembut. Sehingga, para manula sangat menyukainya. Apalagi, cara memainkannya pun terhitung mudah dibandingkan alat musik tradisional Tiongkok lainnya.
Dua diantara manula yang aktif di klub Xulusi adalah Nyonya Xu dan Tuan Luang. Keduanya juga kader PKT, sehingga merekalah yang dipercaya untuk mengelola berbagai kegiatan klub Xulusi. Ruang, alat-alat musik dan sarana lainnya disediakan oleh pemerintah bekerjasama dengan pengembang. Namun untuk rutinitas klub dikelola mandiri dengan iuran anggota dan subsidi dari PKT.
Nyonya Xu dan Tuan Luang bersama rekan-rekan manula lainnya berkesempatan menunjukkan kekompakkannya bermain Xulusi didepan delegasi Partai Golkar. Meski tak mengerti lagu apa yang dimainkan, namun harmoni yang mengalun lembut membuat kami berdecak kagum. Tepuk tangan kami membuat mereka tersenyum puas.
Bagi para manula, bermain Xulusi bukan sekedar hobi dan mengisi waktu luang. Tapi, dengan bergabung dalam klub Xulusi mereka tetap dapat berinteraksi dengan banyak orang, mengusir sepi saat anak-anaknya sibuk dengan pekerjaan dan keluarga barunya. Dan aspirasi kaum manula ini sangat diperhatikan oleh kader-kader PKT di akar rumput. Sebuah karya nyata yang perlu diteladani terutama oleh kader-kader muda Partai Golkar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H