ARB Wefie bersama Azis, Novanto, Ade & Idrus (foto dari akun twitter @AburizalBakrie)
Beberapa hari lalu, tepatnya Sabtu 23 April 2016 digelar musyawarah daerah (Musda) Golkar Jawa Barat untuk memilih ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) tingkat I Jawa Barat yang baru. Terpilih secara aklamasi Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta yang juga ketua DPD tingkat II Purwakarta untuk menakhodai Golkar Parahyangan untuk 5 tahun kedepan. Bukan itu isu utama yang ingin saya bicarakan, tapi cuitan akun @AburizalBakrie (diduga sebagai akun pribadi milik Ketua Umum DPP Partai Golkar, ARB) di twitter terkait kegiatan ini.
Ceritanya, ada 2 cuitan ARB saat pelaksanaan Musda Jabar tersebut. Yang pertama, cuitan ARB berisi foto Wefie dirinya bersama Azis Syamsuddin, Setya Novanto, Ade Komarudin dan Idrus Marham. Dibubuhi keterangan “Bersama 4 tokoh muda calon ketua umum Golkar yang akan datang: Azis, Novanto, Ade & Idrus pada Musda Jabar, siang ini”. Perlu diketahui, Azis (45 tahun) bolehlah disebut tokoh muda. Tapi Ade (50 tahun), Idrus (53 tahun) dan Novanto (60 tahun) apa masih layak disebut tokoh muda? Lalu, Azis, Ade dan Idrus sudah mendeklarasikan diri sebagai calon ketua umum Caketum), bagaimana dengan Novanto? Belum ada pencanangan dirinya sebagai calon ketua umum sama sekali. Jadi, dari segi isi saja cuitan ARB ini debatable.
Cuitan yang kedua, ARB menyebutkan “Mereka, termasuk Priyo, Airlangga & Syahrul adalah “adik-adik” saya yang siap berkompetisi & mampu mengemban tugas dgn berbagai tantangan”. Ketiganya memang sudah mendeklarasikan diri sebagai caketum dan kebetulan, Airlangga juga hadir di Musda Jabar. Dalam foto yang diupload akun pribadinya @Airlangga_Hrt dia bersama keempat caketum yang disebutkan di awal (Azis, Novanto, Ade & Idrus) diperkenalkan ARB di atas panggung. Sayangnya, ARB seperti lupa menyebut 2 nama lain yang juga serius dan sudah mendeklarasikan diri sebagai caketum, yaitu: Mahyudin dan Indra Bambang Utoyo.
Sebenarnya tidak ingin berpikir negatif, hanya saja akun twitter pribadi saya @AchmadAnnama dimention akun @GolkarInstitute terkait hal ini. Kenapa Mahyudin tak disebut baik sebagai adik maupun caketum? Lalu keluarlah sindiran, mungkin Mahyudin dianggap adik tiri? Akhirnya hasrat pun tergelitik dan muncullah keinginan klarifikasi. Diawali di Twitter yang kemudian dirangkum oleh jurnalis Berita Kaltim dan muncul di link ini. Tapi rasanya kurang afdol kalau belum mengungkapkannya di blog kesayangan kita ini, Kompasiana.
screen capture cuitan akun twitter ARB @AburizalBakrie
Terlepas dari itu semua, saya ingin menjelaskan terlebih dulu bahwa posisi Mahyudin sesuai munas terakhir adalah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) DPP Partai Golkar. Dan memang, biasanya tidak terlalu memiliki peran sentral dalam aktivitas keseharian baik pimpinan pusat (DPP) maupun pimpinan daerah (DPD). Namun, ketidak hadiran Mahyudin di Musda Jabar selain memang tidak diundang, juga karena ada agenda Badan Anggaran (Banggar) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di Denpasar, Bali. Dilanjutkan safari politik beliau menyosialisasikan diri sebagai kandidat caketum didepan para pimpinan DPD I dan DPD II Golkar se-Bali.
Bila ketidakhadiran Mahyudin menjadi alasan ARB untuk tidak menyebutkan namanya, bukankah Priyo Budi Santoso (PBS) dan Syahrul Yasin Limpo juga tidak hadir di Musda Golkar Jabar? Bila keseriusan menjadi kandidat caketum Golkar yang jadi pertimbangan, Mahyudin adalah kader pertama yang mendeklarasikan diri maju sebagai caketum di Banjarmasin, 13 februari 2016. Jika usia menjadi alasannya, perlu diketahui Mahyudin bersama Azis Syamsudin adalah kandidat caketum Golkar termuda (45 tahun). Sekedar info, Mahyudin baru akan merayakan ultah-nya yang 46 pada 7 Juni mendatang. Jadi, saya belum menemukan alasan yang kongkret kenapa ARB tidak menyebut nama Mahyudin.
Akhirnya kepala saya sibuk berasumsi dengan berbagai opsi. Mungkinkah ARB melupakan Mahyudin? Mantan jenderal lapangan yang memenangkan dirinya di Munas Riau 2009? Rasanya tidak mungkin! Apakah ARB tidak menganggap serius pencalonan Mahyudin? Bila dilihat dari komunikasi intens selama ini, mustahil! Lalu apakah ARB tidak tahu bahwa Mahyudin adalah salah satu politisi muda berumur 45 tahun yang diorbitkannya lalu bersinar terang? Tentu saja tahu, apalagi ARB sendiri yang mendorong Mahyudin untuk menduduki posisi Wakil Ketua MPR. Hubungan keduanya pun sampai detik ini harmonis tanpa masalah berarti.
Lalu, ada apa? Saya kembali pada premis awal bahwa tidak ingin berpikir negatif, mungkin saja saat itu akun twitter @AburizalBakrie dipegang admin baru yang belum memiliki wawasan yang mumpuni tentang Golkar. Semoga saja demikian, sebab jika tidak saya tak tahu lagi harus menjawab apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H