Lihat ke Halaman Asli

Diplomasi Kaledo, Blusukan Ala Caketum Golkar; Mahyudin

Diperbarui: 28 Februari 2016   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kaki Lembu Donggala aka Kaledo (foto milik TokoMesin.com)"][/caption]Kaledo adalah masakan khas Donggala, Sulawesi Tengah. Ada yang menyebut Kaledo berarti akronim dari kaki lembu Donggala, tapi ada juga yang menyebut Kaledo berasal dari bahasa Kaili yang berarti tidak keras. Bahan utama Kaledo adalah daging dan tulang besar lembu atau sapi, asam jawa dan cabai hijau. Uniknya, sop ini disajikan dengan menampilkan tulangnya yang besar hingga menonjol keluar mangkok dengan taburan bawang merah goreng khas Palu . Dan biasanya dinikmati bersama burasa atau singkong. Keunikan lainnya adalah kita bisa menikmati sumsum hangat dalam tulang lembu itu menggunakan sumpit atau diseruput menggunakan sedotan.

Diplomasi sendiri artinya berunding dan bernegosiasi. Namun, ketika diplomasi berpindah tempat dari ruang rapat ke warung Kaledo di sebuah jalan protokol di Palu maka suasana kaku pun berubah menjadi cair. Diplomasi Kaledo ini dilakukan oleh Mahyudin setelah selesai bersilaturahmi dengan jajaran pengurus DPD I dan DPD II Golkar se-Sulawesi Tengah (Sulteng). Ditemani Prof. Aminudin Ponulele (Gubernur Sulawesi Tengah 2001-2006) yang menjabat ketua DPD I Golkar Sulteng, beberapa pengurus dan wartawan, Mahyudin blusukan mencari kehangatan Kaledo. Sehangat obrolan diskusi mengenai masa depan Golkar.

Tentu saja suasana kekeluargaan yang coba dibangun Mahyudin sangat diapresiasi oleh tokoh-tokoh Golkar Sulawesi Tengah. Karena, biasanya mereka hanya dianggap obyek; diundang menghadiri deklarasi atau sosialisasi, tanya jawab lalu pulang. Semua dilakukan dengan instan dan cepat pulang pergi menggunakan jet pribadi, apalagi Sulteng dianggap bukan lumbung suara – hanya memiliki 14 pemilik suara sah. Tidak demikian dengan Mahyudin, calon ketua umum (caketum) Golkar yang meluangkan waktunya untuk lebih mengakrabkan diri dengan mereka. Tentu saja uneg-uneg yang diterima didalam dan diluar ruang rapat sangatlah berbeda. Mereka juga bisa leluasa mengungkapkan aspirasinya yang berharap dapat diperjuangkan bila Mahyudin memenangkan kursi ketua umum DPP Partai Golkar.

Diplomasi Kaledo, diplomasi ala warung yang tak perlu berbiaya mahal ala hotel berbintang namun meninggalkan kesan mendalam di hati para pengurus DPD I dan DPD II se-Sulteng. Mahyudin sukses merebut hati para calon pemilihnya. Ada kesepakatan dalam hati masing-masing bahwa uang bukanlah segalanya, karena bila memilih pemimpin karena uang maka Golkar akan kembali dipimpin dengan manajemen perusahaan. Artinya, sang pemenang akan menjual Golkar dengan berbagai cara untuk meraih keuntungan semaksimal mungkin. Sementara bila memilih pemimpin dengan hati, maka Golkar akan dipimpin dengan manajemen organisasi yang baik. Bagaimana Golkar akan meraih tujuannya memperoleh kekuasaan demi kemaslahatan seluruh masyarakat.

Diplomasi Kaledo adalah pilihan Mahyudin untuk blusukan ke hati para calon pemilihnya sebagai caketum Golkar. Bukan dengan money politics, bukan dengan janji-janji politik tapi dengan semangkok sop hangat dimana falsafah kebersamaan tersirat didalamnya; lembu dari Donggala, bawang merah dari Palu, asam dari Jawa dan burasa khas Bugis. Semua bersatu bekerja sama memunculkan kenikmatan tersendiri. Demikian juga dengan Golkar, bila dibangun bersama-sama dari bawah ke atas maka bukan hal mustahil kejayaan Golkar akan bangkit kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline