Lihat ke Halaman Asli

KARINA

PENULIS DAN PEMBACA

Keberlanjutan Homo Sapiens Menjadi Homo Deus

Diperbarui: 28 November 2021   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika saya disebut sebagai generasi milenial, saya selalu berpikir tentang masa yang menjadi tempat saya hidup saat ini. Secara khusus, dimasa sekarang ini, dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, bahkan sudah ada yang mampu menerawang kehidupan manusia kedepannya. Ada seorang pengarang yang menurut saya sangat hebat dan jenius. 

Dia adalah Yuval Noah Harari, seorang sejarawan, filsuf, dan penulis salah satu koleksi buku terlaris Sapiens: Sejarah Singkat Manusia, Homo Deus: Sejarah Singkat Masa Depan, dan 21 Pelajaran untuk Abad ke-21. Yuval lahir di Haifa, Israel, pada tahun 1976, Harari menerima gelar PhD dari University of Oxford pada tahun 2002. 

Buku-bukunya telah terjual lebih dari 25 Juta kopi di seluruh dunia. Menurut saya, beliau tidak hanya seorang filsuf, namun motivator yang sangat hebat.  Melalui buku triologinya yang kedua yang berudul Homo Deus : Masa Depan Umat Manusia. Yuval melalui buku kedua ini ingin melanjutkan akhir Sapiens yang pada bab akhir buku, Yuval menulis bahwa para penguasa dunia di masa depan mungkin akan lebih berbeda dari kita.

Dalam pembahasan halaman-halaman awal Homo Deus, kita sudah dijajak untuk lebih berpikir kritis tentang sejarah kehidupan manusia. Kelaparan, Perang, dan Penyakit, adaalah tiga hal besar yang menjadi persoalan pada saat itu.Namun, sekarang kelaparan memang masih ada, tetapi jumlah orang yang mengalami obesitas menjadi lebih besar.

Demikian pula "Di tahun 2012 perang menewaskan 120 ribu orang, sementara angka bunuh diri sudah mencapai 800 ribu orang." Masih dalam bagian awal pula, Harari menjelaskan setelah berhasil mengatasi ketiga persoalan fundamental tadi, manusia kini menetapkan sebuah agenda besar yang lebih berani lagi.

Pada karya Homo Deus, saya ingin mengutip salah satu perkataan Yuval. Ia menulis "hari ini lebih banyak orang mati karena makan terlalu banyak daripada makan terlalu sedikit; lebih banyak orang meninggal karena usia tua daripada karena penyakit menular; dan lebih banyak orang melakukan bunuh diri daripada yang dibunuh oleh tentara, teroris, dan penjahat. Homo Deus menceritakan bahwa kita sekarang berada pada titik waktu yang unik dalam kisah spesies kita. Untuk pertama kalinya dalam sejarah,

Dalam bukunya, Yuval membayangkan bahwa kita akan menghancurkan humanisme itu sendiri, dalam upaya memperbaiki diri mencapai kesempurnaan.Yuval juga berpendapat bahwa setelah tidak lagi diliputi rasa cemas karena kelaparan, wabah dan perang, manusia sekarang dapat mengarahkan pandangan pada tujuan yang lebih tinggi. Kebahagiaan kekal, kehidupan abadi.

Pada masa yang semakin canggih serta perkembangan teknologi yang semakin pesat, akda suatu sistem bernama Internet of Things (IoT), lewat sistem inilah data atau informasi akan semakin dapat diketahui. Lewat semua itulah, Yuval kemudian masuk poinnya yang terpenting: dengan semakin berkembangnya kemampuan algoritma pada jaringan computer keduanya akan bergabung, pada awalnya di permukaan saja, tetapi semakin lama semakin mendalam serta pada akhirnya akan menyatu dalam sistem kognitif yang sama. Pada saat itulah Homo sapiens 'will disintegrate from within', bukan punah seperti Homo neanderthalensis, melainkan berubah bentuk menjadi Homo Deus, manusia yang (menyerupai) Tuhan.

Akhir dari buku ini membuat saya berpikir bahwa apakah nantinya kehidupan manusia akan terbagi menjadi dua kategori, Umat manusia yang pertama adalah yang memiliki kekuatan super melalui perkembangan teknologi jaman, yang mamou merekayasa segala hal terkait otak dan tubuh manusia. Umat manusia yang lainnya adalah umat biasa yang nantinya mungkin akan terlindas oleh perkembangan jaman dan tekonologi yang semakin pesat, bahkan bisa berujung mati. Namun hal ini nampaknya semakin terlihat jelas apabila kita hubungkan pemikiran Yuval dalam buku tersebut, dengan apa yang terjadi di dunia saat ini. Fakta yang dimana bahwa ketika kita akan berkujung ke negara lain makan akan dibutuhkan sertifikat kesehatan secara digital.

Perubahan gen, hormone, dan neuron yang relative kecil menurut Yuval, sudah cukup untuk mengubah Homo erectus ---yang cuma bisa menghasilkan pisau batu api---menjadi Homo sapiens, yang memproduksi pesawat ruang angkasa dan komputer. Lantas mengapa begitu banyak asumsi yang berpendapat bahwa yang menjadi evolusi terakhir adalah Homo Sapiens ? Menutup buku ini membuat saya berpikir, Jika kita bukan yang terakhir, apa yang terjadi selanjutnya? Ya, akan banyak  'Homo Sapiens' yang seiring berjalannya waktu dan jaman, akan mengubah diri menjadi 'Homo Deus'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline