Lihat ke Halaman Asli

Annahl Arroyan

Mahasiswa Institut Seni Indonesia Surakarta

Persepsi Antar Generasi Tentang Gong Si Bolong Sebagai Warisan Budaya TakBenda

Diperbarui: 30 Desember 2024   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertunjukan Gong Si Bolong di APIRA Sports Center

Abstrak

Salah satu tantangan dalam menjaga tradisi budaya seiring perkembangan zaman adalah adanya kesenjangan persepsi antar generasi tua dan muda terhadap budaya. Kesenjangan persepsi atas tradisi ini kemudian kerap mengarah pada konflik antar generasi muda pada budaya yang dianggap sudah kuno dan tidak sesuai zaman. Salah satu warisan budaya Indonesia adalah Gong Si Bolong, salah satu kesenian dari kota Depok, yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi antar generasi tentang tradisi Gong si Bolong sebagai warisan budaya tak benda. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan persepsi generasi dalam aspek pengetahuan dan sikap terhadap tradisi, namun tidak pada aspek nilai-nilai yang mereka yakini atas tradisi Gong si Bolong. Kelompok tua memiliki pengetahuan lebih luas dalam memahami Gong si Bolong pada aspek kesejarahan. Sebaliknya generasi muda hanya memahami tradisi pada aspek teknis pertunjukan saja. Yang menarik adalah walaupun ada kesenjangan dalam memandang pentingnya menjaga otentisitas tradisi alih-alih melakuan modifikasi, namun generasi muda justru menunjukkan kecenderungan untuk memelihara keaslian tradisi. Untuk aspek nilai, baik generasi tua maupun muda setuju bahwa mereka punya tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara dan melestarikan tradisi ini.

Kata Kunci: Persepsi Antar Generasi, Warisan Budaya Takbenda, Gong Si Bolong, Tradisi.

LATAR BELAKANG

Tradisi budaya menjadi salah satu kebiasaan turun temurun suatu kelompok yang sering kali menimbulkan banyak persepsi terhadapnya, sebab di masa modern ini pola pikir generasinya turut berkembang mengikuti perkembangan zaman sehingga banyak orang yang menganggap tradisi budaya sebagai suatu hal yang bersifat kuno atau ketinggalan zaman.

Terjadinya pemikiran yang berbeda juga menjadi sesuatu yang biasa di lingkungan masyarakat, karena setiap manusia pasti memiliki sebuah pandangan yang berbeda-beda dalam menjumpai sesuatu hal di lingkungan mereka, dan hal tersebut berimbas terhadap penyikapan mereka tentang hal tersebut.  Senada dengan hasil penelitian Rahmawati dan Sabardila (2022) yang membahas tradisi kenduren di desa Banyuanyar, menjelaskan bahwa sebagian masyarakat memilih tidak melaksanakan tradisi ini, karena tidak percaya pada cerita sejarah orang tua zaman dulu dan karena pola pikir sudah berkembang mengikuti zaman yang luas dan modern. 

Oleh karena itu, dalam setiap generasi pasti akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap satu hal, seperti generasi muda yang mendapat pendidikan, memiliki pandangan yang lebih terbuka terhadap suatu hal disekitar mereka, sehingga ketika mereka menjumpai budaya lama, maka mereka akan menganggap hal tersebut terlalu kuno karena dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman.

Warisan budaya, menurut Davidson yang dikutip dalam Karmadi (2007) diartikan sebagai sebuah produk atau hasil budaya dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam jati diri suatu kelompok atau bangsa . Salah satu warisan budaya yang masih ada hingga sekarang adalah kesenian gong si bolong. Gong si bolong merupakan budaya asli yang berasal dari Depok, dan sudah diakui menjadi warisan budaya takbenda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Warisan Budaya Takbenda ini diwariskan dari generasi ke generasi, yang secara terus menerus diciptakan kembali oleh masyarakat dan kelompok dalam menanggapi lingkungan sekitarnya, interaksi mereka dengan alam dan sejarah mereka, dan memberikan rasa identitas yang berkelanjutan, untuk menghargai perbedaan budaya dan kreativitas manusia

Dikutip dari situs warisan budaya.kemdikbud.go.id, Gong Si Bolong adalah seni gamelan yang berasal dari Kota Depok yang kerap kali digunakan untuk mengiringi beberapa pertunjukan kesenian tradisional, di antaranya: jaipong, wayang kulit Betawi, dan tari tayub. Iit Septyaningsih (2014) menyebutkan bahwa seni gamelan Gong Si Bolong merupakan perpaduan antara musik Gamelan Betawi, perpaduan dari Gamelan Sunda, Melayu dan Cina. Kesenian gong si bolong dijalankan oleh suatu komunitas yang ada di daerah Tanah baru, Depok. Pada kala itu, komunitas kesenian Gong Si Bolong sering kali mendapat panggilan untuk tampil di berbagai pertunjukan, namun saat ini masyarakat lebih tertarik kepada kebudayaan dari luar dan yang menyebabkan kesenian Gong Si Bolong terpinggirkan dari masyarakat. Salah satunya yaitu Upacara Baritan yang merupakan tradisi dari komunitas Gong Si Bolong yang tersingkirkan beriringan oleh perkembangan zaman. Upacara yang dahulu selalu dirayakan setiap tahunnya kini sudah tidak dirayakan lagi karena tekanan dari masyarakat sekitar.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Sukma, dkk (2022) para pemuda di sekitar komunitas Gong Si Bolong saat ini belum banyak berpikir tentang pelestarian budaya lokal. Namun walaupun demikian komunitas Gong Si Bolong masih terus berusaha mengikutsertakan pemuda sebagai bagian dari anggota komunitas ini, terlihat sampai saat ini masih terus ada dilakukan latihan dan kegiatan walaupun tidak sebanyak dahulu.

Anggota komunitas gong si bolong tersebut terdiri dari beberapa generasi yang berbeda, dengan begitu pandangan yang dimiliki oleh setiap generasi terhadap warisan budaya mereka juga pasti akan berbeda-beda. Terlebih dengan masuknya globalisasi dan modernisasi yang semakin pesat, membuat generasi saat ini dan generasi terdahulu mempunyai sebuah kesenjangan dalam aspek informasi yang akhirnya dapat mengubah pandangan generasi saat ini terhadap budaya yang mereka miliki. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline