Lihat ke Halaman Asli

Siska Dewi

TERVERIFIKASI

Count your blessings and be grateful

"Go Gek Cap Lak", Momen Pulkam Orang Bagan

Diperbarui: 9 Juli 2023   16:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I Love Bagansiapiapi | foto oleh: Julius Sathya (dokpri)

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata “pulkam”? Tahukah Anda bahwa ada tiga event dalam setahun yang menggerakkan anak rantau dari Bagansiapiapi untuk pulang kampung?

Ketiga event tersebut adalah “Cap Go Meh”, yakni hari kelima belas bulan pertama dalam penanggalan lunar, “Qingming” atau “Cheng Beng” yang dikenal juga dengan istilah “sembahyang kubur”, dan tentunya “Go Ge Cap Lak”, yakni hari keenam belas bulan kelima dalam penanggalan lunar.

EventCap Go Meh” di Bagansiapiapi ditandai dengan festival lampion yang sangat meriah. Sementara “Cheng Beng” merupakan kesempatan berkunjung ke kuburan leluhur untuk memberi penghormatan kepada mereka, dan “Go Ge Cap Lak” dimeriahkan oleh ritual bakar tongkang.

Di kios nanas dalam perjalanan Pekanbaru – Bagansiapiapi | foto oleh: Julius Sathya (dokpri)

Ketika Ng Bie Lei, seorang teman SD, mengajak saya pulkam bersama teman-teman sekolah pada event Go Ge Cap Lak” tahun ini, hati saya melonjak girang. Meskipun sudah pulkam setahun yang lalu setelah kurang lebih empat dekade meninggalkan kampung halaman, saya membayangkan pengalaman yang sangat berbeda jika perjalanan dilakukan bersama teman-teman lama.

Mengapa Pulkam Saat “Go Ge Cap Lak”?

Perarakan tongkang menuju lokasi pembakaran | foto: FB BTD

Bie Lei, panggilan akrab teman yang menggagas perjalanan ini, rutin pulkam 2 kali setahun dalam 15 tahun terakhir. Namun, pandemi COVID-19 yang membatasi ruang gerak umat manusia selama kurang lebih 3 tahun, membuatnya terpaksa menghentikan rutinitas tersebut untuk sementara.

Bie Lei bercerita bahwa tujuan utamanya adalah merayakan ulang tahun Ong Ya Kong (sebutan umum untuk Ki Hu Ong Ya). Ia bercerita bahwa sekitar 17 tahun yang lalu, ia pulkam dan sembahyang kepada Ki Hu Ong Ya agar keluarganya diberi kesehatan dan rezeki. Harapannya terkabul dan ia berjanji pada diri sendiri untuk pulkam setiap tahun merayakan ulang tahun Ki Hu Ong Ya sebagai wujud terima kasih.

Selain itu, ia juga ingin mengambil bagian dalam ritual bakar tongkang dan bernostalgia bersama teman-teman mengenang masa sekolah. “Sebetulnya sudah sejak 4 tahun yang lalu, saya ingin mengajak teman-teman sesama Alumni Perguruan Methodist untuk pulkam bersama. Sangat bahagia, niat itu terwujud pada tahun ini,” cerita Bie Lei dengan mata berbinar-binar.

Para peziarah | foto: FB BTD

Sembahyang kepada Ki Hu Ong Ya juga merupakan tujuan utama hampir semua teman perjalanan saya kali ini. Bonusnya, menyaksikan event bakar tongkang dan bernostalgia bersama teman-teman.

“Menurut saya, tradisi sembayang ini bagus untuk mempererat tali persaudaraan. Di Bagan, masih banyak saudara jauh yang belum pernah berhubungan, bahkan belum saling kenal. Dengan pulkam, relasi jadi tersambung kembali,” cerita A Hong yang terakhir kali pulkam pada tahun 2014 namun baru berkesempatan menyaksikan event bakar tongkang pada tahun ini.

“Karena ini pertama kali ikut sembayang, saya cuma berdoa untuk keselamatan bangsa dan keluarga. Saya sangat bahagia pulkam bersama teman-teman, jadi merasa seperti keluarga. Event seperti ini sungguh mempererat persaudaraan dan pertemanan. Harapan saya, kita semua selalu diberi kesehatan,” demikian kesan dan pesan A Hong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline