Sebuah penelitian yang dilakukan oleh The Workforce Institute at UKG terhadap 4000 pegawai dan pemimpin organisasi di 11 negara pada akhir tahun 2020 menyimpulkan bahwa budaya saling percaya merupakan fondasi imperatif bagi setiap organisasi.
Dapatkah budaya saling percaya tumbuh pada hari kerja pertama?
Hasil penelitian bertajuk “Trust in the Modern Workplace” tersebut melaporkan bahwa hanya 25% pemimpin organisasi mengatakan “saya percaya kamu” pada hari kerja pertama seorang pegawai baru.
Demikian pula, hanya 29% pegawai baru mengatakan “aku merasa dipercaya” pada hari kerja pertama. Secara global, 63% responden (pemimpin organisasi dan pegawai) mengatakan bahwa budaya saling percaya memerlukan perjuangan.
Seorang pemimpin perlu berjuang agar anggota tim memandang dirinya sebagai “Pemimpin Terpercaya”. Seorang pegawai baru perlu berjuang agar perusahaan dan atasan memandang dirinya sebagai “Insan Terpercaya”.
Dr. Chris Mullen, Ph.D., SPHR, SHRM-SCP, direktur eksekutif The Workforce Institute at UKG mengingatkan bahwa budaya saling percaya harus terus dipupuk.
Budaya saling percaya dapat meningkatkan keterlibatan pegawai (employee engagement) dan rasa memiliki (sense of belonging) yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan.
Refleksi tentang menumbuhkan dan menjaga “rasa percaya”
Refleksi ini menghadirkan kembali dalam kenangan saya sebuah pembicaraan antara seorang gadis menjelang remaja dengan kakeknya di sebuah kedai kopi sekitar empat puluh lima tahun yang lalu. Gadis menjelang remaja tersebut adalah saya.
Saat itu, beberapa hari sebelum keberangkatan saya ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan. Kakek menasihati saya agar berusaha menjadi insan terpercaya.
Tidak mudah mendapatkan kepercayaan seseorang yang baru kita kenal, kata kakek saya saat itu. Kepercayaan akan kita peroleh setelah kita menunjukkan sikap dan membuktikan bahwa kita adalah seorang yang layak dipercaya.