Tahun ini adalah tahun ke-38 dalam perjalanan karier saya. Ada beberapa bos jempolan yang telah berjalan bersama saya dalam perjalanan sepanjang kurang lebih 450 bulan itu.
Bos jempolan yang akan saya ceritakan dalam artikel ini adalah pemilik sebuah pabrik kimia. Saya bekerja di perusahaan milik beliau sejak tanggal 1 September 1990 sampai dengan 31 Desember 2003.
Beliau berasal dari generasi veteran, yakni kelahiran tahun 1925-1946. Dibesarkan dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan politik pada masa Perang Dunia II, beliau terbiasa bekerja keras.
Sejak usia remaja, beliau sudah bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Setelah terkumpul modal yang cukup, beliau mendirikan pabrik pembuatan sabun batangan. Itulah bisnis beliau yang pertama.
Berikutnya, beliau membangun pabrik asam sulfat. Pabrik kimia tempat saya bekerja adalah pabrik ketiga yang didirikannya.
Ada beberapa pegawai dari pabrik asam sulfat yang menjadi pemegang saham minoritas di pabrik kimia ini. Menurut bos saya, begitulah cara beliau mengapresiasi pegawai yang baik dan loyal.
Dalam merekrut tenaga kerja, beliau turun tangan sendiri mewawancarai kandidat yang terseleksi. Saya masih ingat kata-kata beliau saat kami pertama kali bertemu.
"Saya sudah mempelajari hasil tes psikologi kamu. Saya harap kamu betah bekerja di sini dan saya ingin kamu tahu bahwa posisi "Chief Accountant" hanya langkah awal untukmu. Saya melihat potensi dalam dirimu untuk dikembangkan menjadi seorang "Finance and Accounting Manager" dan mungkin lebih. Tentu saja kita perlu bekerja sama dalam hal ini."
Saat menulis artikel ini, pertemuan pertama itu kembali melintas di benak saya bagaikan adegan film. Seorang pria di akhir usia 50-an, menjabat erat tangan seorang gadis muda menjelang usia 25 tahun. Saya melihat pijar mata dan senyum penuh harapan di wajah mereka.
"Di perusahaan ini, kita menerapkan sistem kekeluargaan. Kamu boleh menyapa para senior, termasuk atasanmu dengan 'Mbak' atau 'Mas' agar terkesan lebih akrab. Sapaan 'Bapak' atau 'Ibu' hanya untuk mereka yang seusia kedua orangtua kamu."
Begitulah cara bos jempolan itu mengenalkan salah satu budaya perusahaan kepada saya. Budaya kekeluargaan.