Lihat ke Halaman Asli

Siska Dewi

TERVERIFIKASI

Count your blessings and be grateful

Pertimbangkan Ini Sebelum Menerima Kembali Karyawan yang Pernah Resign

Diperbarui: 19 Maret 2021   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menerima kembali pegawai yang pernah "resign" (foto: yanalya/freepik.com)

Berkali-kali saya menemani karyawan yang bergumul dalam mengambil keputusan untuk pindah ke perusahaan lain. Seberat apa pilihannya? Seberat saya harus menyodorkan tissue yang ada di meja saya.

Ada kalanya pilihan mereka tidak tepat. Beberapa bulan kemudian, saya menerima mereka kembali seperti perumpamaan "anak yang hilang". Namun tidak jarang juga, mereka bahagia dan terus berkarya dengan pilihan barunya.

Kutipan di atas adalah pengalaman Mardi Wu, sepupu saya. Soal menemani karyawan yang bergumul untuk pindah kerja, saya punya pengalaman yang sama.

Sedih? Pasti! Pada umumnya, karyawan yang berani berterus terang kepada atasan mengenai rencana pindah kerja adalah yang sudah memiliki relasi yang sangat baik. 

Tanpa unsur saling percaya, hampir mustahil seorang karyawan akan membuka diri kepada atasan mengenai pergumulannya untuk pindah kerja.

Ya, selama 30 tahun perjalanan karier saya sebagai pemimpin unit kerja, tidak jarang saya menemani anggota tim yang sedang bergumul untuk pindah kerja. Namun, tidak sedikit juga anggota tim yang tetiba mengajukan pengunduran diri setelah sering izin sakit. 

Rata-rata mereka yang berada di kelompok pertama adalah anggota tim yang saya andalkan. Tidak jarang, saya menginvestasikan cukup banyak waktu dan tenaga untuk membimbing mereka di masa awal mereka bergabung di perusahaan. 

Beberapa di antara mereka adalah orang-orang yang saya persiapkan untuk menjadi suksesor saya. Namun demikian, saya menghargai apapun keputusan mereka.

Berbeda dengan pengalaman Mardi, saya belum pernah menerima kembali "anak yang hilang". Sebagian mereka yang saya dampingi dalam pergumulan, memutuskan tidak jadi pindah. Bahkan hingga bertahun-tahun setelah saya meninggalkan perusahaan tersebut, mereka masih di sana, menggantikan posisi saya. Sebagian lagi jadi pindah, dan seperti kata Mardi, mereka bahagia dan terus berkarya dengan pilihan barunya.

Meskipun saya sendiri belum pernah menerima kembali "anak yang hilang", namun dalam perjalanan di unit kerja Sumber Daya Manusia (HRD), beberapa kali saya mendampingi rekan kerja yang ingin menerima kembali mantan karyawan yang pernah resign

Dalam menghadapi situasi ini, pertama saya akan melihat kembali catatan personalia mengenai sikap, perilaku dan etos kerja kandidat yang bersangkutan di masa lalu. Jika ada catatan negatif, maka sangat kecil kemungkinan saya akan merekomendasikannya.

Ilustrasi resign (foto: golife.id)

Jika tidak ada catatan negatif, maka saya akan meminta rekan kerja untuk mengingat kembali mengapa dulu kandidat tersebut memutuskan resign

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline