Diabetes adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Diabetes terdiri dari diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Kabar gembiranya, diabetes tipe 2 dapat dicegah. Bagaimana caranya?
Kenali Kondisi Prediabetes
Prediabetes adalah kondisi kesehatan yang serius di mana kadar gula darah puasa (GDP) lebih tinggi dari kondisi normal (>100mg/dl), tetapi belum cukup tinggi untuk dapat didiagnosis sebagai Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 (>125 mg/dl).
Dilansir dari Journal of Nutrition College, besar risiko prediabetes untuk menjadi DM tipe 2 beberapa tahun terakhir terus meningkat seiring dengan meningkatnya kejadian hiperglikemia (suatu kondisi peningkatan kadar plasma glukosa darah di atas normal).
Prevalensi prediabetes di Indonesia mencapai 26,3% dari populasi penduduk dewasa. Angka prevalensi tersebut 2 kali dari angka kejadian DM tipe 2 di Indonesia. Prediabetes yang mengalami hiperglikemia dan tidak terkendali, berisiko mengalami DM tipe 2.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), >84% penderita prediabetes tidak tahu bahwa mereka mengidapnya. Mereka tidak menyadari bahwa mereka berisiko tinggi terkena DM tipe 2, penyakit jantung, dan stroke.
Faktor Risiko Prediabetes
CDC mengajak kita mewaspadai beberapa faktor risiko prediabetes, antara lain:
- Memiliki berat badan di atas normal
- Berusia di atas 45 tahun
- Memiliki orangtua atau saudara kandung yang menderita DM tipe 2
- Melakukan kegiatan fisik kurang dari 3 kali dalam seminggu
- Pernah mengalami diabetes gestasional (diabetes saat hamil) atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 9 kilogram
- Memiliki sindrom ovarium polikistik (ovum atau sel telur tidak berkembang secara normal karena ketidakseimbangan hormon).
Itulah sebabnya, saat hasil medical check up (MCU) saya memperlihatkan GDP 113 mg/dl dan HbA1c mencapai 6,5% di tahun lalu, saya merasa perlu konsultasi ke dokter. Saya memiliki faktor risiko nomor 1 sampai dengan nomor 4 yang disebutkan di atas.
Selama sebulan, saya rutin minum obat yang diresepkan dokter, sambil berusaha menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Syukur kepada Allah, hasil pemeriksaan darah di bulan berikutnya menunjukkan GDP 90 mg/dl dan HbA1c turun menjadi 6%.
Menurut dokter, angka tersebut sudah cukup optimal. Sejak itu, saya berhenti minum obat. Namun tentu saja gaya hidup sehat harus dipertahankan. Bagaimana pun, saya perlu mencegah agar tidak terkena DM tipe 2.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan? Apalagi DM adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan!