Bagian ketiga -- lanjutan dari artikel bagian pertama dan bagian kedua]
[Pada artikel terdahulu, telah dibahas mengenai 6 segmen konsumen Gen Z. Sekadar mengingatkan kembali, di bawah ini adalah gambaran komposisi keenam segmen konsumen Gen Z di Indonesia:
Dari hasil survei terhadap perilaku berbelanja, McKinsey memberikan 5 tips untuk menarik perhatian konsumen Gen Z.
Pertama: Relevan dan cepat berinovasi
Sebagian besar responden yang disurvei oleh McKinsey memandang merek yang terkenal sebagai suatu kekuatan bagi perusahaan. Bagi premium shopaholics, merek yang terkenal adalah jaminan kualitas.
Bagi disengaged conformists, ketika harus segera membeli sesuatu yang sangat dibutuhkan, merek yang terkenal merupakan pilihan yang mudah.
Namun demikian, dibanding Gen Y, Gen Z lebih senang mencoba merek baru. Hasil survei McKinsey menunjukkan bahwa kemungkinan Gen Z mencoba merek baru, 20% lebih tinggi dibanding Gen Y.
Gen Z menginginkan merek yang relevan dengan mereka. Sesuatu yang personal, dibuat khusus untuk mereka dan menunjukkan ciri khas mereka.
Seorang Gen Z, anak teman saya, mendeskripsikan demikian, "Merek yang relevan adalah merek yang bisa membuat aku langsung merasa relate. Merek yang mampu membuat aku berseru, 'Wow, ini tuh gue banget!' ketika melihatnya."
Dilansir dari salesforce.com, Gen Y sangat suka memakai merek terkenal atau merek yang sudah terjamin kualitasnya dan rela membayar lebih untuk itu.
Namun, tidak demikian halnya dengan Gen Z. Alih-alih dipandang mewakili merek tertentu, Gen Z lebih menginginkan merek yang mewakili mereka.
McKinsey mengingatkan pemilik merek terkenal agar jangan terlena dalam kesuksesan masa lalu. Merek terkenal perlu memanfaatkan warisan cerita sukses di masa lalu, sekaligus berinovasi secara cepat dan terus-menerus.
Tentang kecepatan berinovasi, teman anak saya, seorang pengusaha muda yang menggeluti bisnis katering makanan sehat, berkata:
Gen Z adalah digital natives. Karena penggunaan internet yang terus-menerus, mereka jauh lebih update terhadap tren. Mereka juga mengharapkan adanya trendsetter baru, dengan catatan trendsetter tersebut harus kredibel dan mampu menghadirkan inovasi-inovasi yang lebih canggih dan lebih maju dari apa yang sudah ada sebelumnya.