Lihat ke Halaman Asli

Psikolinguistik (Teori Stimulus-Respons)

Diperbarui: 4 April 2017   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

PSIKOLINGUISTIK

(TEORI STIMULUS-RESPONS)

TEORI-TEORI STIMULUS - RESPONS

Ada beberapa teori stimulus-respons yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, dalam kesempatan ini penulis akan menjelaskan tiga teori dari beberapa teori stimulus respons yang ada, diantaranya:

1.Teori Pembiasaan Klasik dari Pavlov

Teori pembiasaan klasik ini ditemukan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1848 - 1936), seorang ahli fisiologi bangsa Rusia. Dalam teori ini, Pavlov melakukan eksperimen pada seekor anjing. Ia mendapati bahwa air liur anjing telah lebih dahulu keluarsebelum seekor anjing mulai memakan makanan. Eksperimen ini dilakukan dengan cara; Pertama, ia membunyikan lonceng sebelum anjing diberi makanan, tanpa diikuti pemberian makanan. Cara tersebut tidak pernah membuat anjing mengeluarkan air liurnya. Setelah itu, ia memberikan makanan, dan membuat anjing itu mengeluarkan air liurnya. Dengan cara yang sama dan diberlakukan secara berulang-ulang terhadap anjing tersebut, maka disini anjing telah “mempelajari” bahwa bunyi lonceng bermakna bahwa makanan akan muncul dan segera anjing tersebut mengeluarkan air liurnya.

Dari eksperimen Pavlov tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menimbulkan atau memunculkan reaksi yang diinginkan yang disebut respon, maka perlu adanya stimulus yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga disebut dengan pembiasaan. Dengan pemberian stimulus yang dibiasakan, maka akan menimbulkan respons yang dibiasakan. Teori ini merujuk pada suatu kebiasaan yang dilakukan.

Contoh yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu kebiasaan makan makanan yang pedas. Seseorang tidak terbiasa untuk makan makanan yang memiliki rasa pedas. Namun dengan membiasakan diri untuk makan makanan pedas sedikit demi sedikit dan berulang-ulang maka kini orang tersebut telah terbiasa memakan makanan yang memiliki rasa pedas.

2.Teori Penghubungan dari Thorndike

Teori penghubungan diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike (1874 – 1919), seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Thorndike melakukan eksperimen pada seekor kucing. Ia menempatkan seekor kucong dalam sebuah sangkar. Di dalam sangkar tersebut terdapat engsel, yang mana bila engsel tersebut ditekan maka dapat terbuka dari dalam. Kucing itu berusaha untuk mencari jalan keluar dengan mencakar-cakar kesana-kemari. Secara kebetulan kaki kucing tersebut menginjak engsel sehingga pintu sangkar terbuka dan kucing tersebut dapat keluar. Eksperimen ini dilakukan beberapa kali oleh Thorndike. Dalam eksperimen tersebut awalnya kucing itu masih berperangai yang sama seperti eksperimen sebelumnya. Eksperimen tersebut terus dilakukan dan kucing tersebut membutuhkan waktu yang semakin sedikit untuk dapat membuka sangkar itu. Akhirnya, kucing itu dpat membuka sangkar dengan segera tanpa harus mencakar dulu kesana kemari.

Dari eksperimen Thorndike tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh hasil yang baik maka kita memerlukan latihan. Latihan yang dimaksud ialah latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan urutan yang benar dan secara teratur. Teori ini merujuk kepada system “coba-coba”, yaitu suatu kegiatan yang bila kita gagal dalam melakukannya, maka kita harus terus mencoba hingga akhirnya berhasil.

Contoh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari salah satunya yaitu belajar naik sepeda. Pertama kali, seseorang belum dapat menaiki atau mengendarai sepeda. Orang tersebut belajar untuk mengayuh sepedanya. Meskipun awalnya ia terjatuh, namun ia tetap mencoba untuk berusaha berlatih naik sepeda. Dan hasilnya, orang tersebut kini telah dapat mengayuh sepedanya dan tidak terjatuh lagi. Contoh ini merupakan salah satu contoh dari teori penghubungan yang dikemukakan olehThorndike, yaitu bahwa hubungan stimulus dan respons dapat diperkuat melalui latihan-latihan.

3.Teori Behaviorisme dari Watson

Teori bahaviorisme diperkenalkan oleh John B. Watson ( 1878-1958) seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Di Amerika Serikat, Watson dikenal sebagai Bapak Behaviorisme. Menurut Watson, dalam pembelajaran tidak ada perbedaan antara manusia dan hewan. Untuk membuktikan teori ini, Watson melakukan eksperimen terhadap Albert seorang bayi berumur 11bulan. Awalnya Albert adalah seorang bayi yang gembira. Ia tidak takut terhadap binatang seperti tikus putih berbulu halus. Dalam eksperimen ini Watson memulai percobaannya dengan memukul sebatang besi dengan sebuah palu. Setiap kali Albert mendekat untuk memegang tikus itu, Watso melakukan perlakuan yang sama seperti memukul besi tersebut. Dan akibatnya, Albert menjadi takut terhadap tikus putih itu, dan hewan ataupun benda lainnya yang berwarna putih,seperti kelinci putih ataupun jaket yang berwarna putih. Eksperimen yang telah dilakukan oleh Watson ini membuktikan bahwa pelaziman dapat mengubah perilaku seseorang secara nyata.

Dari eksperimen Watson tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran sebagian perilaku yang terjadi adalah akibat pengaruh dari lingkungan sekitar. Dengan kata lain bahwa karakter atau kepribadian seseorang individu dapat terbentuk oleh karena dipengaruhi lingkungan sekitar atau lingkungan dimana ia berada.

Contoh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu ada seorang pria yang bersuku bugis. Ia menikah dengan seorang wanita yang kini menjadi istrinya yang bersuku sunda. Setelah mereka tinggal bersama sekian tahun di lingkungan keluarga istrinya, maka sang suami yang awalnya tidak tahu berbahasa sunda kini telah dapat berbahasa sunda dan memiliki dialek sunda dalam berbicara. Sang suami pun telah dapat memahami bahasa daerah istrinya. Ini merupakan salah satu contoh teori yang dikemukakan oleh Watson, dimana kepribadian atau tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Referensi: Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline