Lihat ke Halaman Asli

Perilaku Konsumen Terhadap Tingkat Pembelian Telur Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H

Diperbarui: 22 April 2024   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Lebaran menjadi momen spesial umat Muslim di dunia tidak hanya menjadi penanda kegembiraan dan kebersamaan, tetapi juga berbagai tradisi dan persiapan. Salah satu tradisi yang identik dengan Idul Fitri adalah pembelian berbagai kebutuhan pokok, terutama makanan. Dan kalau bicara belanja lebaran, Lotte Grosir menjadi salah satu tempat belanja favorit banyak orang. Supermarket grosir ini terkenal dengan harga yang relatif lebih murah, produk yang lengkap, lokasi yang nyaman serta diskon dan promosi yang menarik. Tak heran, menjelang lebaran, Lotte Grosir selalu ramai pengunjung.

Dengan adanya tradisi dari persiapan menuju lebaran ini, perilaku konsumen pun menjadi berubah sesuai dengan dinamika, pikiran dan perasaan. Menurut Anoraga (2004;223) perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukan melalui pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasi dan penentuan produk atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan meraka. Salah satu komoditas yang mengalami lonjakan permintaan menjelang Lebaran adalah telur.

Telur merupakan salah satu bahan makanan penting yang hampir selalu ada di setiap rumah tangga Indonesia. Keberadaan telur tidak hanya didorong oleh harganya yang relatif murah, namun juga karena keserbagunaannya sebagai bahan masakan. Namun permintaan telur tidak selalu konstan. Salah satu momen dimana permintaan telur meningkat drastis adalah hari raya Idul Fitri, hal ini dikarenakan telur merupakan salah satu bahan pangan pokok yang dapat dengan mudah diolah menjadi berbagai makanan pelengkap masakan khas Idul Fitri seperti rendang, opor, semur maupun kue-kue untuk sajian menyambut tamu. Tak heran jika telur sangat digemari hampir setiap menjelang hari raya.

Di Lotte Grosir, kita  juga bisa menemukan berbagai jenis telur terbaik seperti telur ayam, telur bebek, dan telur puyuh. Telur ini tersedia dalam berbagai ukuran dan harga terjangkau sesuai dengan kebutuhan kita. Selain itu, kita juga bisa memastikan sendiri kualitasnya dengan memilih telur yang kita sukai, sehingga risiko busuk atau pecah menjadi lebih rendah. Peningkatan minat konsumen terhadap telur sangat terasa, terbukti dengan banyaknya pembeli telur dan banyak nya peti telur yang kosong. Peningkatan pembelian telur mempunyai konsekuensi seperti peningkatan harga telur, fluktuasi permintaan telur juga dapat menyebabkan ketidakstabilan pasokan. lonjakan permintaan yang tinggi terkadang tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan yang cukup.  Akibatnya, kelangkaan telur bisa terjadi di beberapa daerah,  yang tentunya merugikan konsumen.

Konsumen dapat menggunakan elemen-elemen seperti kognisi, yaitu pengalaman konsumen di tahun tahun sebelumnya dan lingkungan konsumen, untuk memberitahu lokasi-lokasi yang menyediakan telur-telur tersebut. Ini akan membantu konsumen untuk memilih telur yang sesuai dengan konsep dirinya dan kebutuhan mereka.

Perubahan ini juga dapat dihubungkan dengan teori konsep diri london dan della bitta (1993) yaitu;

·        Self Appraisal: Konsumen menggunakan pengalaman dan konsep diri untuk memilih telur.

·       Social Comparison: Konsumen membandingkan harga dan kualitas telur dengan toko lain.

·       Biased Scanning: Konsumen fokus pada informasi positif Lotte Grosir dan mengabaikan informasi negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline