Lihat ke Halaman Asli

Annisa Nabila

Mahasiswa Universitas Airlangga

Degradasi Moral di Era Milenial

Diperbarui: 19 Juni 2022   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   Era milenial kini telah banyak mengalami perubahan dari berbagai macam aspek, baik pola pikir masyarakat yang lebih logis dan kritis hingga berbagai macam fasilitas yang serba memudahkan aktivitas manusia sehingga terciptanya pola fleksibel dalam menghadapi keadaan serta kondisi yang sedang terjadi. Kemajuan serta kemodernisasian ini agar manusia memiliki peradaban yang lebih baik dari zaman sebelumnya sehingga efek kemajuan tersebut tampak nyata dan dirasakan oleh masyarakat. Pernyataan ini, didukung oleh makna dari modernisasi yang disampaikan oleh Astrid S. Susanto (dalam Dwi Latifatul Fajri, 2022) yang menyatakan bahwa modernisasi merupakan proses pembangunan yang diberikan oleh perubahan demi kemajuan.

   Modernisasi ini merupakan dampak globalisasi dunia karena modernisasi sejatinya membawa kepada perubahan social, yang pada akhirnya akan muncul peradaban manusia baru. Globalisasi dunia pun membawa banyak pengaruh baik maupun buruk. Pada bidang teknologi, mengalami perkembangan pesat. Adanya smartphone yang memudahkan komunikasi antar sesama tanpa dibatasi ruang dan waktu. Hal ini sangat berguna bagi mereka yang memanfaatkan fasilitas seperti untuk mencari ilmu, informasi beasiswa, bahkan informasi sekolah di luar negri, dll. Namun,demikian dampak positif ini akan dibarengi sisi negative yaitu, dari sisi nilai dan budaya. Bagi kita sebagai orang timur, nilai-nilai western ini seakan-akan menjadi patokan kemajuan, padahal belum tentu sesuai dengan nilai dan budaya local. Seperti mengikuti model berpakaian, gaya bahasa hingga tingkah laku sehingga bisa mengakibatkan perubahan budaya setempat. Nilai materialisme yang dibangun dan dibawa budaya barat, akan berdampak pada munculnya sifat individual. Padahal manusia merupakan makhluk sosial, artinya ia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Mereka saling membutuhkan satu sama lain bahkan tak terkecuali. Kemudian sisi buruk yang lainnya adalah merelakan hingga menghalalkan segala macam cara agar menjadi trendy dan modern tanpa memperdulikan nilai-nilai kebaikan agama dan budaya.

   Berbicara nilai-nilai agama dan budaya sangat terkait dengan tuntunan dalam tatanan sosial. Perihal unggah-ungguh antara anak dan orang tua pada budaya timur yang begitu sacral hingga menjadi ciri khasnya terkhusus budaya Jawa. Saat ini mulai tereliminasi bahkan pada level degradasi moral. Anak muda saat ini lebih mementingkan eksistensi diri untuk menjunjung kepopuleritasan tanpa memperdulikan perjuangan orang tua seperti, kasus menjadikan uang SPP untuk bermain atau membeli kebutuhan tersier pribadi, bahkan beberapa waktu lalu pun ada kasus anak membunuh orang tua karena kemauan pribadinya tidak dipenuhi, dan masih banyak lagi kasus sejenisnya. Hal ini sangat menyayat hati. Indonesia yang dikenal akan unggah-ungguh keramah tamahan serta sopan santunnya, pada kenyataannya justru sebaliknya. Kasus-kasus sejenis itu tidak bisa dianggap remeh, dan sudah seharusnya kita sebagai generasi muda penerus bangsa ini tanggap dan lebih bijak menangani era globalisasi di masa milenial kini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline