Lihat ke Halaman Asli

Teko dan Hati

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkisahkan seorang manusia pergi menuntut ilmu, “ilmu tak bersalah kenapa pula kau tuntut?”, begitu kata hati manusia tadi. Dia pergi dengan menghiraukan pertanyaan dari hatinya walau begitu dia tetap memikirkan jawabannya. Ilmu memang tak pernah bersalah, namun kitalah yang salah karena tak menuntutnya. Terlebih ilmu agama. “Halah ilmu agama telah banyak kau dapatkan dari sejak sekolah dasar hingga tua ini, dari buku dan dari nasehat yang kau dapatkan dari guru-gurumu.” Begitu pula jawaban hatinya membantah.

Teringat pesan emak dulu, bila kau ingin pergi belajar maka kosongkan dulu hati kau dari kesombongan ilmu yang kau punya. Walau ilmu yang kau dapat dah banyak dari guru  sebelumnya  namun terkadang gurumu bisa saja khilaf dan lupa menjelaskan sesuatu yang terlewat. Ibarat hati kau itu teko dah penuh dengan air, tak bisa lagi diisi air karena penuh. Begitu pula ilmu tak masuk pada hatimu yang sombong karena ilmu yang kau punya.

Terkadang pertempuran antara hati dan teko terjadi hanya karena masalah sepele, “ah, materi ini sudah pernah kamu dapatkan buat apa lagi kamu duduk di sini. Pulang saja dan lebih baik menonton tv.” Begitu kata si hati. Namun teko itu kembali berbincang, “sudahlah duduk saja dulu di sini, dengarkan lalu resapi. Bukankah materi sudah kau lupa karena jarang kau praktekkan.” Teko pun mengingatkan agar hati mengosongkan isinya dari kesombongan.

Syukurlah bila hati bisa kembali berdamai dengan memaksakan diri. Jangan mau kalah dengan isi hati yang bernama kesombongan. Sering terlintas sering pulalah meminta maaf. Beristigfar.

“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab buah yang manis tak kan berbuah bila tak ditanam”. –Al-Hikam-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline