Lihat ke Halaman Asli

Monolog Malam

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1339477612797947676

Malam menggenang dalam arus gelombang

Pagi, siang masih tentang perkawinan silang

Matahari terasa di punggungku…

Keringat riwayat serupa embun pagi tepat di serambi rumahku

Bergelimpangan berita menyusup rahim anak panah di kala itu

Parau….sengau…kacau…

Namaku penuh kemarau….!!!!

Aku ingin menghitung gerimis

Lalu ku campurkan rohnya dengan rohku

Kuhisap wangi lumut di atas batu-batu

Dan kusemaikan basah pada pelukan api laguku

Lalu mengapa amarah senantiasa gelisah…..????!!!

Inginkah aku bercinta di luar angkasa???

Inginkah aku menukar tabir gelap dan berteriak ‘BOSAN’ pada langit????

Tapi…

Bukankah aku seekor elang?

Bukankah aku terbiasa berseru melawan bumi?

Bukankah aku karib dengan pengembara asing di negeri tanpa ruang ini?

Aku tenggelam dalam topan, dalam daun, dalam musim, dalam batu-batu, dalam jenuh, dalam keluh, dalam susuh, dalam air mata dan dalam kerikil bunga kantil…

Aku melawan takdir…!!!!!

Kulubangi batu-batu dengan kepalaku

Kulukis relief kecil dengan tulang-tulangku

AKU rindu…

Namun pagar di taman belukar mencegahku

Menggantung wajahku pada besi-besi listrik

Menyeret leherku hingga aku tercekik

Merobek mataku hingga yang kulihat hanyalah malam..

P e l i k …

Aku ingin memamah pagar itu…

Dan kutukar besi-besi itu dengan jari-jariku

Hingga aku bebas mengais tanpa harus bertanya lagi

Aku ingin menelannya…

Dan kuhancurkan monolog malam…!

Lalu kusilangkan arus pembunuh hingga semuanya mati..

Seperti aku,

Dalam malam, dalam hujan, dalam angan-angan SYMPHONIAN….

Monolog Malam, 10 April 2012

---ANNA---




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline