Lihat ke Halaman Asli

Dawai Sang Pengap

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Batinku tak lagi dapat membedakan..

Mana tawa dan senyuman tulus..

Logika tak sejalan dengan hati penuh kedok terikat emosi..

Nyatanya dunia tak ada setia..

Semua datang dan berlalu bagai kilat..

Yang tersisa hanya perih..

Sahabat hanya pelengkap agar terlihat mengkilat..

Ada yang tergores dan akan tetap menganga setiap saat..

Semuanya hanya kabut dalam gelap..

Tak ada senyum nyata ataupun tawa..

Segalanya samar-samar..

Tak lagi dapat diraba oleh hati..

Pilihan memang sebuah pilihan..

Itu jalanku..

Itu garisku..

Begitu pun denganmu..

Tak lagi dapat tertaut ataupun menyatu kembali..

Memory hanya sebatas kepulan asap..

Sekejap pasti kan hilang..

mimpi hanya angan..

ketika tersadar jua kan pudar..

bumi senantiasa berputar..

segalanya perih seperti lapar.

Yang dapat ku tatap nanar tak lagi seterang mentari yang bersinar..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline