Oleh Juliana Priscilla Dewi
Deru mesin menjerit
Mengepulkan asap
Membumbung tinggi
Berpuluh kilometer dilalui
Membawa jutaan nyawa dalam lambungnya
Meliuk mengikuti garis yang ditanam
Bersama dengan jutaan kerikil yang berserak
Hadirnya membawa senyum cerah
Bahkan duka
Kadang dipuja
Banyak pula yang menyebutnya angker
Dan pembawa petaka
Hmm..
Tidak begitu bagiku
Moda berpindah tempat yang ekonomis serta efisien
Menurutku
Bagaimana tidak
Di rimba beton raksasa yang katanya ibu dari milyaran asa akan surga kemapanan
Yang kian semrawut
Dengan kaleng-kaleng besi yang berlari berjejer ditiap lintasan langkah
Menciptakan kabut
Berisi racun bagi setiap jiwa
Menggumpal dan tebal
Mencekik paru-paru
Dan tentunya mengulur menit-menit berharga
Yang jua tak ayal membawa maut ketika terlena
Ahh..
Penat memang
Setidaknya ku menikmati alunan merdu
Disaat balok-balok raksasa yang tentunya berisi aku di dalamnya berhenti di tiap tujuan
Nyaring sekali bunyinya
Dan aku menyebutnya si Balok Baja Ajaib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H