Lihat ke Halaman Asli

“Balok Baja Ajaib”

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh Juliana Priscilla Dewi

Deru mesin menjerit

Mengepulkan asap

Membumbung tinggi

Berpuluh kilometer dilalui

Membawa jutaan nyawa dalam lambungnya

Meliuk mengikuti garis yang ditanam

Bersama dengan jutaan kerikil yang berserak

Hadirnya membawa senyum cerah

Bahkan duka

Kadang dipuja

Banyak pula yang menyebutnya angker

Dan pembawa petaka

Hmm..

Tidak begitu bagiku

Moda berpindah tempat yang ekonomis serta efisien

Menurutku

Bagaimana tidak

Di rimba beton raksasa yang katanya ibu dari milyaran asa akan surga kemapanan

Yang kian semrawut

Dengan kaleng-kaleng besi yang berlari berjejer ditiap lintasan langkah

Menciptakan kabut

Berisi racun bagi setiap jiwa

Menggumpal dan tebal

Mencekik paru-paru

Dan tentunya mengulur menit-menit berharga

Yang jua tak ayal membawa maut ketika terlena

Ahh..

Penat memang

Setidaknya ku menikmati alunan merdu

Disaat balok-balok raksasa yang tentunya berisi aku di dalamnya berhenti di tiap tujuan

Nyaring sekali bunyinya

Dan aku menyebutnya si Balok Baja Ajaib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline