Lihat ke Halaman Asli

Nurjanah Abdul Syukur

Penulis, penikmat seni, ibu rumahtangga, eyang putri, pebisnis, pedagang, pemilik rumah baca, pecinta hewan, pemilik shelter, dll.

SEMATA CAHAYA (1)

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

( kau berbisik pelan "tulis puisi untuk aku!"
lalu jemari puisi pun menari di cerlang cahaya
aku sungguh silau dan terpukau oleh kilau mata merindu
pada telapak tangan kurasakan denyut hidup
dan rembulan purnamakan doa-doa semesta)

Dalam gemilang bulan penuh cahaya
jemari menggelinjang sendiri:
menggelepar ditampar misteri Ilahi
Seperti baling-baling berputar
sejarah kembali mendaur ulang ibadah hingga sajadah pun
basah oleh kilau cahaya

Setiap kali berkaca pada bening hati kurasa
dinding-dinding hati bercahaya
baling-baling iman bercahaya
ranting-ranting doa bercahaya
Aku tak kuasa berkata-kata
tapi terasa lidahku cahaya
Bibirku cahaya. Mataku cahaya.
Pikirku cahaya. Rasaku cahaya.
Jiwaku cahaya. Dinding hatiku cahaya.
Keping rinduku cahaya. Lengking cintaku cahaya!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline