Lihat ke Halaman Asli

Anna Bertha

Anna Bertha

Pertanian dan Regenerasi Petani

Diperbarui: 9 Oktober 2021   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pembangunan pertanian yang berkelanjutan dilakukan melalui pengelolaan potensi sumber daya manusia, sumber daya alam, kelembagaan dan teknologi. Sumber daya manusia yang diperlukan di dalam pembangunan pertanian ini haruslah memiliki kualitas dan komitmen yang kuat di dalam membangun sektor pertanian dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang berperan penting didalam keberhasilan pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Berdasarkan data BPS Tahun 2020 disebutkan bahwa data jumlah penduduk per agustus 2020 sebanyak 128,45 juta orang dengan angka terbanyak berkerja di sektor pertanian dengan jumlah 38,82 juta orang atau sekitar 29, 76 %. Di urutan kedua yaitu disektor perdagangan yaitu sebesar 19,23 % dan di sektor industri pengolahan sebanyak 13,61 % dari keseluruhan jumlah penduduk yang bekerja. Meskipun jumlah penduduk yang bekerja terbanyak ditemui pada sektor pertanian akan tetapi telah terjadi perubahan struktural demografi ketenagakerjaan di Indonesia, dimana adanya pergeseran komposisi usia tenaga kerja di sektor pertanian dengan didominasi petani berusia tua dimana rata-rata usia petani di atas 55 tahun terus bertambah dengan tingkat pendidikan dan kemampuan didalam menerapkan teknologi baru yang masih rendah serta minat pemuda di sektor pertanian semakin menurun. Menurunnya minat pemuda tani di pertanian akan berimbas pada ketersediaan tenaga kerja yang akan menyebabkan krisis generasi muda di sektor pertanian. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian untuk keberlanjutan usaha tani di masa mendatang. Salah satu tantangan di sektor pertanian saat ini adalah bagaimana menarik minat dan mengubah pola pikir generasi muda terhadap pertanian bahwa masih begitu banyak potensi pertanian yang masih belum dimanfaatkan secara optimal.

Model pertanian di Indonesia merupakan model pertanian keluarga yaitu diwariskan secara turun menurun, sayangnya banyak orang tua tidak menginginkan anak-anaknya bekerja sebagai petani sebagaimana pekerjaan mereka saat ini. Hal tersebut berdampak pada minat para pemuda untuk meneruskan pekerjaan orang tua mereka dan memiliki kecenderungan untuk lebih memilih pekerjaan diluar sektor pertanian. Belum lagi rendahnya pendapatan dan risiko yang tinggi sehingga kurang memberikan jaminan tingkat, stabilitas dan kontinuitas pendapatan pada usaha pertanian dibandingkan dengan usaha sektor lain menjadikan bekerja di sektor pertanian sebagai pilihan terakhir.

Kurang bergengsinya citra pekerjaan dipertanian yang identik dengan kotor serta teknologi yang belum maju dimana mayoritas masih menggunakan teknologi yang tradisional dengan adopsi teknologi yang masih rendah. Sedangkan di sektor lain seperti industri dan jasa penggunaan teknologi sudah sangat maju sehingga banyak pemuda yang    tertarik untuk bekerja di sektor tersebut.

Pengalaman orang tua dari hasil usaha taninya juga dapat mempengaruhi minat pemuda untuk berusaha tani, serta ketidakcocokan antara kualitas pendidikan dan kesempatan kerja yang tersedia didesa. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh, maka pemuda akan semakin lebih selektif didalam memilih pekerjaan dan sebagian besar tidak akan kembali ke daerah pedesaan.Untuk pemuda dengan pendidikan yang tinggi cenderung untuk bekerja dibidang formal seperti pegawai negeri, kurangnya informasi mengenai pertanian di bangku sekolah juga menjadi salah satu faktor generasi muda kurang memahami tentang pertanian karena dunia pendidikan di Indonesia saat ini lebih banyak mengarahkan pada pekerjaan sektor industri maupun jasa dan lain sebagainya.

Persepsi pemuda dengan bekerja di kota lebih bergengsi dimana kota sebagai pusat pembangunan seiring dengan laju modernisasi yang didukung dengan infrastruktur, akses informasi dan teknologi yang memadai meskipun hanya bekerja sebagi buruh bangunan atau bekerja di pekerjaan non formal lainnya sehingga menjadi petani tidak lagi menjadi pilihan utama pemuda. Selain itu adanya perubahan gaya hidup, perilaku, aspirasi sosial serta pola pemikiran di kalangan generasi muda membuat pemuda lebih tertarik untuk meninggalkan pedesaan dan mencari pekerjaan serta pindah ke perkotaan. Tertariknya pemuda yang merupakan sumberdaya manusia yang potensial dari sektor pertanian ke sektor industri akan mempengaruhi dan menghambat produktivitas pertanian. Padahal sejatinya bangsa ini membutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas yaitu petani-petani yang produktif untuk memaksimalkan produksi pangan untuk keberlanjutan ketahanan pangan nasional dan sebegai penggerak pembangunan pertanian.

Laju pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah tiap tahunnya memberikan konsekuensi didalam ketersediaan bahan pangan karena pertumbuhan jumlah penduduk mengikuti deret ukur, peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung yang artinya laju pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan ketersediaan pangan sehingga menyebabkan semakin beratnya beban di sektor pertanian. Selain itu, pesatnya tingkat urbanisasi pemuda yang berpindah ke kota untuk bekerja memiliki dampak terhadap lambatnya regenerasi petani. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk menarik minat pemuda untuk mencintai pertanian agar turut serta bertanggungjawab dalam peningkatan produksi dan produktivitas pertanian guna ketersediaan pangan nasional. Rendahnya minat generasi muda sebagai generasi penerus di sektor pertanian akan menyebabkan krisis petani dan menyulitkan pembangunan sektor pertanian berkelanjutan.

Sejak masa penjajahan Belanda telah dilakukan upaya untuk regenerasi petani di Indonesia secara terencana dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan pertanian para pemuda agar dapat menjadi kader dan penggerak pertanian di desanya yaitu dengan didirikannya Sekolah Pertanian Rendah (SPR), yang kemudian berganti nama menjadi Sekolah Tani Rakyat (STR) dan Kursus Pemuda Tani (KPT). Setelah Indonesia merdeka, regenerasi petani dilakukan melalui pembentukan kelompok pemuda tani-nelayan (taruna tani), Saka Taruna Bumi (Kepramukaan), pertukaran pemuda tani ke luar negeri, Program Magang dan Sekolah Lapang PHT.

Untuk saat ini upaya menarik generasi muda di sektor pertanian adalah dengan pembangunan pertanian yang lebih maju  dan modern dengan berbasis inovasi dan teknologi sehingga mampu menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi yang dibutuhkan oleh pasar. Untuk itu perlu dipersiapkan beberapa hal di perdesaan, diantaranya dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia generasi muda di sektor pertanian yang lebih baik, membangun dan memperbaiki infrastruktur pertanian yang ada di perdesaan dan mendorong kebijakan serta regulasi yang tepat terutama dalam kaitannya dengan kepastian mendapatkan lapangan kerja yang sesuai dengan keterampilan dan keahlian. Selain itu perbaikan dan peningkatan pendidikan dan keterampilan generasi muda juga diperlukan agar sesuai dengan kebutuhan pertanian.

Intervensi Pemerintah sangat diperlukan didalam menarik minat pemuda untuk bekerja di sektor pertanian dengan mengintegrasikan pengembangan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan, dukungan fasilitas, dan pendampingan atau monitoring yang berkelanjutan dalam aspek teknis maupun keuangan. Kebijakan pemerintah untuk menarik generasi muda bekerja di sektor pertanian, antara lain dengan mengembangkan agroindustri sehingga menciptakan nilai tambah yang tinggi disektor hilir; inovasi teknologi dalam usaha tani; adanya insentif khusus kepada petani muda atau pemula yang ingin memulai usaha dibidang pertanian seperti pelatihan, alat mesin modern untuk mempermudah dalam pengelolaan komoditas,dengan langkah-langkah tersebut diharapkan dapat mengubah persepsi generasi muda terhadap pertanian sehingga menarik minat pemuda untuk mulai berusaha tani.

Selain itu untuk mendorong petani muda semakin mengembangkan usaha taninya dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan bagi petani muda yang berprestasi. Kemitraan yang kuat antara masyarakat pedesaan (memberikan dorongan moral untuk pemuda berusaha tani), peneliti dan akademisi (memacu inovasi-inovasi, pelatihan, monitoring,konsultasi) serta sektor swasta lainnya (bantuan saprodi/ pemasaran) juga perlu dilakukan dan butuh pendekatan terpadu dengan mempertimbangkan keragaman aspirasi pemuda, kemampuan, minat dan tantangan terkait akses sumber daya serta permasalahan untuk meningkatkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline