Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Wanita Mau Diajak Berselingkuh ?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika datang seorang bapak-bapak berumur hampir mendekati usia 50 tahunan masuk ke kantor pemasaran perumahan diiringi langkah seorang wanita yang mungkin usianya berkisar 25 tahunan. Ketika itu aku yang bekerja sebagai marketing perumahan tentu saja menyambutnya dengan antusias. Customer baru nich, sebab sepertinya yang bersangkutan belum pernah kulihat sebelumnya.

Setelah kupersilakan, terjadilah tanya jawab tentang rumah-rumah yang kutawarkan. Dan si bapak terlihat tertarik dengan salah satu rumah setelah mendengar penjelasanku. Si bapak kemudian menunjuk salah satu rumah yang ada di siteplan, beliau memintaku untuk mengantarkan melihat fisik dan kondisi rumah tersebut. Kuantarlah mereka menuju rumah yang beliau minati.

Singkat cerita si bapak tertarik dan minta syarat-syarat bagaimana caranya jika membeli rumah disini. Dan si bapak meminta rumah tersebut diatasnamakan wanita yang duduk disebelahnya. Dengan spontan aku berkata, “Ohh, rumahnya akan langsung diatasnamakan putri bapak ?” Si bapak tersenyum Begitu juga si wanita yang tersenyum penuh arti. Karena merasa mendapat senyuman yang “beda”, akhirnya aku tersadar. Ohh, betapa bodohnya aku !. Bukankah ini bukan kali pertama para pria membeli rumah di lingkungan perumahan ini untuk “wanita idaman lainnya” ? Hedehh

Tidak dapat disangkal, banyak penghuni di perumahan tempatku bekerja adalah para “wanita lain” atau lebih tepatnya istri siri yang ke sekian. Dan karena mereka adalah customer yang secara syarat sahnya jual beli terpenuhi, meskipun hati ini miris mau nggak mau akhirnya mereka menjadi penghuni di perumahan ini. Dan buntutnya para pria itu pasti akan “membisikkan sesuatu” di telingaku. Suatu bisikan dengan kata-kata yang hampir sama. Tebak apakah itu ! hehehe… Yups, tolong kalau ada yang menanyakan keberadaan “wanita lain” tersebut bilang saja tidak tahu. Hemmm, intinya takut ketahuan sama istrinya.

Mereka pasangan nikah siri atau pasangan selingkuh yang mempunyai pasangan sah, bukan urusan kami sebagai penjual property. Secara sosial kehidupan mereka baik-baik saja dilingkungan perumahan tersebut. Biarpun para tetangga akhirnya tahu siapa mereka. Tetapi mereka cuek tidak saling mengganggu. Suatu gaya hidup yang biasa ditunjukkan di kota-kota besar. Hak mereka mau menjalani kehidupan seperti apa. Itu yang selalu ditanamkan oleh pimpinan kami. Dalam bekerja kami harus professional. Yang penting rumah terjual, target terpenuhi, bonus ngumpul..hehehe

Menilik fenomena seperti ini yang berseliweran di depan mata membuatku akhirnya terbiasa melihat bahwa perselingkuhan memang marak dimana-mana. Lantas mengapa wanita mau diajak berselingkuh ?

1.Terkadang orang tua mendidik anak perempuannya menjadi pihak yang menerima. Tanpa mengedepankan sikap kritis dalam didikannya bahwa dibalik pemberian itu bisa membahagiakan, menguntungkan atau membahayakan hidupnya. Pemberian bisa berupa apa saja. Perhatian, kasih sayang, cinta atau barang-barang berharga. Orang tua mengajarkan bahwa hal yang lumrah jika seorang perempuan menerima pemberian dari orang lain tanpa perlu mempertanyakan darimana barang itu berasal. Disinilah timbul sikap permissive, suatu sikap yang membolehkan.

Wanita mana yang tidak tergoda jika terus-menerus diberi perhatian dan barang-barang berharga dari seorang pria kaya yang mencoba menarik perhatiannya. Karena seringnya bertemu, mengobrol akhirnya mengobral cinta. Dalam fase ini bibit-bibit perselingkuhan dimulai. Bila sang wanita masih single mungkinmasalah yang timbul tidak sebesar jika wanitanya punya pasangan.

2. Banyak wanita terlahir dalam situasi tidak beruntung secara materi. Kemiskinan atau hidup serba pas-pasan membuatnya harus berpikir bagaimana caranya agar kehidupannya menjadi lebih baik. Sayangnya wanita selalu berpikir secara emosional dan berpikir pendek. Situasi seperti ini membuatnya mencari jalan pintas agar hidupnya bisa lebih baik tanpa harus bekerja keras. Makanya jika ada pria kaya yang tertarik kepadanya tanpa perlu berpikir lebih lanjut dia akan menyetujui untuk diajak berselingkuh, asal kehidupannya terjamin menjadi lebih beruntung secara materi.

3. Wanita adalah makhluk penyuka keindahan dan barang-barang berharga yang bisa membuatnya menjadi sosok yang menarik perhatian. Tidak salah jika ada yang bilang bahwa wanita adalah sosok materialistis. Sebab memang sudah sifatnya suka diperhatikan dan diguyur dengan hal-hal yang indah.

4. Dengan alasan cinta tidak pernah salah, hanya saja mendarat di waktu dan tempat yang salah. Dia rela mencintai pria yang sudah sah menjadi milik orang lain. Wanita sebagai makhluk emosional selalu mengedepankan cinta dalam suatu hubungan.

5. Wanita mudah luluh dengan pujian, rayuan yang menggoda. Yang awalnya hanya berteman biasa saja kemudian saling curhat akhirnya berkelanjutan. Apalagi jika bertemu pria peselingkuh yang memang ahli merayu. Yang awalnya menolak mentah-mentah menjadi menerima dengan segala kematangannya.

6. Wanita yang kebetulan mempunyai kondisi hubungan yang sedang renggang dengan pasangan. Pikirnya untuk sementara waktu “menyingkir” dari mendung yang sedang menaungi rumah tangganya. Alih-alih ingin cari suasana baru tetapi justru keadaan ini akan membuat kondisi semakin kacau jika tidak segera dicarikan solusi dari permasalahannya.

Dari poin tersebut diatas terangkum bahwa sikap wanita yang serba permissive membuatnya mudah menerima apa saja yang dianggapnya menarik perhatiannya tanpa perlu bekerja keras sehingga mendapatkan apa yang diinginkan yaitu menjadi sosok yang beautiful dan diperhatikan. Atau wanita mau diajak berselingkuh jika kondisi rumah tangganya sedang bermasalah sehingga perlu mencari penyegaran di luar. Wanita yang berselingkuh lebih berbahaya dari pria, karena melibatkan emosi sehingga bisa berakibat perceraian dengan pasangan. Meskipun ada wanita yang konon berselingkuh sebagai terapi untuk kemudian diambil spiritnya yang menggebu-nggebu untuk diterapkan dalam pernikahannya yang sedang goyah. Sah-sah saja punya pendapat demikian.

Tidak bermaksud menggeneralisir bahwa setiap wanita akan berbuat seperti itu. Tetapi fenomena sepertiitu ada di sekeliling kita. Hidup memang pilihan. Menjadi apapun yang kita inginkan pasti ada resikonya. Tinggal seberapa berat resiko yang akan kita tanggung. Alangkah lebih baiknya jika kita bisa meminimalisir resiko tersebut, sehingga perjalanan hidup menjadi ringan.

Salamm....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline