Lihat ke Halaman Asli

Novel : Kisah Cinta Dewi Ciptarasa - Raden Kamandaka (91)

Diperbarui: 19 Juni 2016   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar pernyataan pihak Kadipaten Pasirluhur-Dayeuhluhur, ketiga komandan pasukan Nusakambangan itu segera berunding dengan berbisik-bisik. Mereka sangat terkejut ketika mendengar Raja Pulebahas telah tewas. Lebih-lebih Patih Puletembini. Raja Pulebahas adalah kakak kandungnya.

“Tewas? Siapa yang telah membunuh kakak Saya?” Puletembini nampak emosi dan hampir-hampit tidak percaya berita itu. Sebab Puletembini tahu kedigdayaan kakaknya, antara lain tubuh Raja Pulebahas dikenal  kebal terhadap serangan senjata tajam. 

“Kamu boleh percaya atau tidak. Tetapi kenyataanya seperti itu,” kata  Wirapati.

”Kamu boleh lihat jasadnya, setelah kamu menyatakan menyerah dan takluk.”

“Siapa yang membunuh kakak saya?” kembali Puletembini bertanya.

“Rajamu tewas karena digigit seekor lutung,” jawab Wirapati.

“Seekor lutung? Seekor lutung membunuh Raja Nusakambangan yang sakti mandra guna?”

“Sudah kubilang. Percaya boleh! Tidak juga boleh!” jawab Wirapati pendek.

Patih Puletembini bingung juga mendapat jawaban yang tidak masuk akal, tapi meyakinkan. Tidak masuk akal mana ada kakaknya yang terkenal kebal bisa dikalahkan oleh seekor lutung. Lutung apa-apaan? Tetapi jawaban yang diberikan Wirapati cukup meyakinkan, karena tidak ada komando  atau perintah dari Raja Pulebahasas. Tapi akhirnya Patih Puletembini itu memperoleh jawaban dari hasil menduga-duga.

Patih Puletembini menduga Raja Pulebahas yang sakti itu  ditangkap secara licik dan curang oleh pasukan Kadipaten Pasirluhur. Kalau dibunuh, Patih Puletembini berpikir tidak mungkin. Sebab kakaknya, kebal. Paling banter kakaknya hanya ditahan di suatu tempat yang tersembunyi. Patih Puletembini, sama sekali tidak tahu, bahwa gigitan seekor monyet akan menyebabkan daya kekebalan kakaknya akan musnah. Dan gigitan seekor monyet, merupakan pantangan bagi Raja Pulebahas. Dan jika itu terjadi, bisa berakibat fatal, yakni kematian.

Karena menduga kakaknya masih hidup, dan dalam keadaan tak berdaya. Maka Patih Puletembini bertekad untuk bertempur guna merebut dan menyelamatkan kakaknya, Raja Pulebahas yang disayanginya. Tiba-tiba Patih Puletembini berteriak memberi komando  kepada pasukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline