Lihat ke Halaman Asli

Bertemu Dengan Cucu Buyut Patih R. Aria Wirjaatmadja

Diperbarui: 30 Januari 2016   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di luar dugaan saya bisa berjumpa dengan salah seorang trah generasi ke-3  Patih Purwokerto, Raden Aria Wirjaatmadja, Drg.Yulistiatri Dartoyo, di Warung Sate Sidareja- Pak Gino, Jl.Sunda 76 Bandung (15-01-2016 M). Saya bisa bertemu   lewat jasa baik Admin Kompasiana.

Ayah Drg. Yulistiatri Dartoyo adalah  seorang Perwira Tinggi Polri yang berpindah pindah. Terakhir dinas di Polda Jabar-Bandung. Tidak mengherankan jika  Ibu yang awet muda dan energik ini, menghabiskan masa remajanya di Bandung. Tamat dari SMA Negeri 5 Bandung tahun 1974 langsung  melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Pajajaran. Suami dan putrinya juga berprofesi sebagai dokter gigi. Kakeknya  adalah putra ke-15 Patih R. Aria Wirjaatmadja.

Ibu Drg.Yulistiatri Dartoyo menjelaskan bahwa putra-putri Patih R.Aria Wirjaatmadja berjumlah 18 orang, sehingga keturunannya menjadi keluarga besar trah Wirjaatmadja. Mereka rupanya banyak mewarisi nilai-nilai semangat perjuangan dan pengabdian Patih R.Aria Wirjaatmadja, bekerja di berbagai lapangan pengabdian mulai dari profesi dokter, insinyur, dosen, birokrat, TNI, Polri dan lapangan pengabdian  lainnya.

Baru-baru ini trah Patih R.Aria  Wirjaatmadja berhasil mendirikan sebuah yayasan sosial sebagai bagian dari upaya melestarikan nilai-nilai, semangat dan cita-cita Patih R. Wirjaatmadja yakni memperjuangkan kepentingan rakyat kecil yang sebagian besar masih hidup di bawah garis kemiskinan. Ibu Drg.Yulistiatri Dartoyo, duduk sebagai Wakil Ketua Yayasan R.Aria  Wirjaatmadja yang sejak tahun 2013, mengadakan bakti sosial, antara lain operasi bibir sumbing secara gratis yang dipusatkan di Purwokerto. Alamat sekretarian Yayasan R.Aria Wirjaatmadja, di Jl.Pungkuran no.5 Purwokerto. Kita berharap kiprah yayasan ini bisa melanjutkan cita-cita Patih R. Aria  Wirjaatmadja yang dikenal luas sebagai perintis Bank Pekreditan Rakyat, yang menjadi cikal bakal BRI.

Patih R. Wirjaatmadja, Sang Pejuang Ekonomi Kerakyatan.

Lituratur mengenai perjuangan Patih R. Aria Wirjaatmadja, saya temukan ketika saya masih duduk di bangku SMP di Purwokerto dari buku yang berjudul Ideologi Koperasi, membentuk masyarakat adil dan makmur, karangan Drs.Suradjiman, Penerbit NV.Ganaco, Bandung.

Buku itu  membagi sejarah Koperasi di Indonesia menjadi 6 babak antara lain:(1) Masa Pertumbuhan (1900 – 1915 M), (2) Masa Perkembanga (1915 – 1933), (3) Masa Memperhahankan Diri (1933-1942),  (4) Masa Jaman Jepang (1942-1945), (5) Masa Perjoangan (1945 – 1959 ) (6) Masa Konsolidasi ( 1959 - ).

Kurang jelas apa alasan buku tersebut menjadikan tahun 1900 sebagai patokan awal pembabakan sejarah koperasi di Indonesia? Padahal ketika uraiannya membahas Masa Pertumbuhan  Koperasi, diawali dengan kisah Patih R. Aria  Wirjaatmadja merintis bank penolong dan tabungan pada tahun 1895. Karena itu pembabakan sejarah koperasi Indonesia, mestinya bukan dimulai dari tahun 1900 tetapi dimulai dari tahun 1895 M.

Dalam buku itu dimuat kisah Patih R. Aria  Wirjaatmadja merintis bank perkreditan rakyat,yang  diawali dengan melukiskan kemiskinan yang diderita oleh sebagian besar rakyat yang terjajah, diuraikan penulisnya dengan cukup menarik sbb,

“Akibat pemerasan kaum penjajah yang telah dilakukan selama lebih kurang 300 tahun, sebagian besar bangsa Indonesia hidup dalam keadaan sengsara. Pendapatan yang diterima baik oleh rakyat maupun pegawai negeri pada umumnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehar-hari. Dengan demikian sewaktu-waktu ada keperluan  mendadak atau keperluan yang bersifat istimewa, terpaksa dipenuhi dengan jalan mencari pinjaman. Tidak sedikit rakyat yang hidup dibawah timbunan hutang, sehingga keadaannya sangat menyedihkan.

“Usaha untuk dapat menghindarkan diri dari cengkeraman lintah darat mula-mula dirintis oleh Raden Aria Wiryatmaja, seorang patih di Purwokerto. Sebagai seorang pegawai negeri perhatian R. Wirjaatmadja mula-mula ditujukan pada lingkungannya sendiri. Pada tahun 1895 M didirikanlah Bank Penolong Tabungan untuk membebaskan pegawainya dari cengkeraman lintah darat. Bank tersebut terkenal sebagai Bank Priyayi, karena usahanya terbatas pada pegawai negeri. Setelah usaha pertama berhasil, kemudian lapangan usahanya diperluas di kalangan petani. Nama banknya kemudian diganti jadi Bank Penolong, Tabungan dan Kredit Pertanian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline