Lihat ke Halaman Asli

Mendapat Kiriman "Candramawa" Seorang Abdi Dalem Istana

Diperbarui: 29 Maret 2018   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover Buku (dokumentasi pribadi)

     Kata "Candramawa" dalam KBBI memiliki definisi warna hitam bercampur putih yang mengacu pada warna bulu kucing. Candramawa sendiri dalam budaya Jawa merupakan jenis kucing istimewa, berbulu hitam pekat dan memiliki kesaktian dapat menjatuhkan cicak maupun menundukkan tikus hanya dengan pandangannya. Inilah mungkin salah satu sebab dalam Serat Ngalamating Kucing(anonim), sebuah serat kuno berbahasa Jawa yang hanya beredar di kalangan istana Ngayogyakarta Hadiningrat, disebutkan bahwa kucing berjenis Candramawa merupakan jenis kucing yang "disarankan" untuk dipelihara mengingat diyakini mendatangkan kemuliaan dan keberuntungan.

     Tetapi, hari ini (29/03/2018) saya tidak sedang menerima kiriman berupa seekor kucing berjenis Candramawa. Tidak. Sama sekali, tidak. Saya justru menerima yang lebih berharga ketimbang seekor kucing yaitu sebuah buku bergenre sastra Jawa. Buku itu berupa antologi geguritan (puisi berbahasa Jawa) yang ditulis oleh saudara Herry Abdi Gusti (Bojonegoro) yang ternyata berjudul "Candramawa". Buku tersebut diterbitkan oleh Sanggar Sastra Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PPSJB) dan Penerbit Azzagrafika (Yogyakarta). Cetakan pertama, serta bernomor ISBN 978-602-6284-78-5.

     Candramawa merupakan geguritan ke-18 dalam buku ini, bersanding dengan Tengara lan Pepenget, Ngranti Rujak, Cupet Wadhah Isi Turah, Ngundha Layangan, dll. Boleh dibilang geguritan-geguritan dalam buku ini memiliki keliatan bahasa khas sastra Jawa yang singkat dan padat, namun luwes, dan mencantumkan pitutur luhur sebagaimana ke'harus'an karya-karya sastra Jawa dari masa ke masa, dari berbagai genre. Sementara itu, salah satu penulis endorsement buku ini, Yonathan Rahardjo (Pemenang Sayembara Novel DKJ 2006) menyebut bahwa pemilihan diksi yang pas dan tidak jamak digunakan dalam komunikasi berbahasa Jawa merupakan salah satu kekuatan lebih dari sang penulis.

     Salah satu yang spesial dari buku yang lahir dari kerja editorial sesepuh Sastra Jawa JFX. Hoery dan  merupakan Harry Nugroho ini memuat 88 geguritan dengan titimangsa yang beraneka ragam dari 1998 hingga 2017. Artinya, seorang Herry Abdi Gusti telah melalui hampir dua dekade untuk mengumpulkan karya-karya geguritannya dalam satu buku. Dengan sendirinya, berkembang pula adagium bahwa keterpilihan 88 geguritan di dalam buku ini telah melewati sekian banyak pertimbangan, baik pribadi maupun rekan-rekan sesama pegiat sastra Jawa di PPSJB.

     Tentu saja, bukan berarti pula seorang Herry Abdi Gusti adalah penulis yang kurang produktif karena dalam kurun waktu tersebut hanya melahirkan satu buku. Mengingat pribadi yang sempat sekamar dengan saya dalam Pra Kongres Bahasa Jawa V di Surabaya 2011 silam ini juga menghimpun karyanya dalam puluhan buku antologi bersama. Di antaranya Kembang Saka Ketintang(1990), TES...(1997), Serat Daun Jati(2010), Pasewakan(2011), Epifani Serpihan Duka Bangsa(2014), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak(2016), Sor Bumi Sor Kukusan(2016), Cengkir Gading Tamparan Sutra(2017), dan banyak lagi lainnya yang tidak bisa disebutkan semua di sini.

     Perlu untuk diketahui, Herry Abdi Gusti adalah sebuah nama samaran, nama aslinya bisa diketahui dengan membeli buku ini. Pemilihan komposisi kata 'abdi gusti' sejatinya merupakan bentuk pengakuan akan kedirian sang penulis yang merupakan abdi dalem keprajan Kasulatanan Ngayogyakarta Hadiningrat sejak 2013 dengan pangkat Bekel Sepuh. Adalah sebuah catatan yang menarik betapa seorang pribadi yang gemar menulis tetapi 'adoh ratu' ini ternyata juga pemegang beslit resmi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

     Ingin mengenal lebih dekat pribadi penulis buku "Candramawa" ini? Miliki bukunya dengan menghubunginya via WA 085746304377. Buruan, persediaan terbatas.

---------------------

Anjrah Lelono Broto, Pegiat Sastra Jawa dan Kerani Lingkar Studi Sastra Setrawulan

    




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline