Lihat ke Halaman Asli

Puisi Berkali Lelaki dan Perempuan Perunggu

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

puisi berkali aliri, ribu-ribu angkat jemari,

bukan imajinari ada yang tenggelam, hanyut, juga bunuhan diri.

di lelahan bait, sebutir jemari bercincin di samping kelingking

mengacung

; ku tahu itu kamu.

saat tubuhmu berpendar di alir kalian puisi

(ku) tahu setiap huruf adalah tetesan alir, setiap kata

adalah deburan aur, dan tanda baca adalah basah yang enggan

diusap di pipi.

senyummu di tepian telaga manusia,

kala itu, tebalkan kuasa-Nya di kuasaku

murahkan ingin membiar puisi berkali

tenggelamkan debar dada,

debaran dada,

saat membaca sepinggan senyum

di pundak telaga bertepi manusia,

kala itu.

aku dan senyummu dipisahkan tepian telaga

manusia

belum kubaca resumit darimu

meski puisi berkali akan bermuara pula, nanti.

kita adalah lelaki dan perempuan perunggu

sadaran tentang tingkap-tingkat medalion itu kudekap erat

di ranjang sesal perabuan masa lalu

yang kaku.

di ricikan puisi berkali

medalion perunggu kita sampaikan datar pesan

; tentang emas dan perak yang bukan serpih

kemeja yang kita pakai, saat bersua

haruskah tidak kita gadaikan almari berlaci

yang menyimpan keperungguan kita, meski

puisi berkali akhinya tiba di muara?

jawabanmu dan jawaban puisi berkali

ku yakin akan tiba di telinga hati

bersama, seperti judul dengan bait-bait, seperti

imaji dengan indera, seperti puisi dengan penyairnya,

yang berpegangan tangan namun enggan mengakui

mereka pernah bercumbu.



________________

Mojokerto, 1 September 2011






BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline