aku, kamu, dan puisimu
Kamu bersedia menggamit lelahku, mencumbunya
berkata, "Masih banyak waktu untukku tahu tentang surga"
melayang rasa-raga melewati ragu berkepundan-berkepundan hingga
hinggap membaca kembali puisimu.
bila iya, mengapa
sesuntuk ini malam mengerumuni tembang
tak berlirik, dan mengapa kamu masih seharum kala
menulis puisi itu.
tak mungkin aku menunggu
dalam menunggumu, kita tahu