Lihat ke Halaman Asli

Respon Ahok Yang Tergencet Batu Tulis

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com

[caption id="" align="alignnone" width="365" caption="Sumber: Kompas.com"][/caption]

Ditengah konflik “pengkhianatan” PDI-P terhadap Gerindra, mungkin figur seorang Basuki Tjahaja Purnama berada di posisi paling sulit sesudah Joko Widodo. Bila Jokowi bergumul dengan isu integritas, maka Ahok berkutat dengan isu loyalitas.

Konflik telah menjalar dimana kader partai saling serang satu sama lain. Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta, Mohammad Sanusi misalkan menuduh Jokowi “tidak gentleman” karena ikut pencalonan presiden tanpa mengundurkan diri dari jabatan Gubernur meski secara Undang Undang (Pasal 7 Nomor 42 Tahun 2008), Jokowi tidak perlu mengundurkan diri.

Namun yang paling menarik adalah saat kader Gerindra tersebut sengaja membenturkan Ahok dengan Jokowi. Track record Ahok yang dulunya memilih mengundurkan diri dari Bupati Belitung Timur demi bertarung di Pilgub Bangka Belitung kini menjadi senjata politik Gerindra dalam mengikis kredibilitas Jokowi dan PDI-P.

Tak terhindarkan, perseteruan menjadi dibuat pribadi antara Jokowi dan Ahok. Lalu bagaimana respon sang Wagub?

"Posisi saya jelas dukung Pak Prabowo sebab saya kan Gerindra. Itu jelas. Tapi, kalau dibilang Pak Jokowi tidak kerja, saya kira itu tidak betul," ucapnya seperti dilansir Kompas.com pada Kamis (20/3/2014)

Bila ditanya siapa kader Gerindra yang paling mampu "menghabisi karir" Jokowi, maka jawabannya pasti Ahok. Ia salah satu orang paling dekat dalam karir politik Jokowi sekarang.

Jika mau debat soal isu “pengkhianatan”, Ahok adalah orang pertama yang paling “terdzolimi” disamping konstituen pemilih Pilgub DKI. Jabatan Wagub terdengar terlalu indah dalam realita kerja seorang Ahok. Ia kerap kali menjadi “bemper” serangan-serangan politik, mulai dari penertiban PKL Tanah Abang, konflik dengan Haji Lulung dan DPRD. Di saat Jokowi “menebar senyum” disela-sela blusukan, Ahok kebagian tugas “seksi tukang pukul” demi menertibkan dan mendisiplinkan kinerja Pemprov DKI.

"Orang bilang saya arogan sekali, memang arogan saya, karena negeri ini tidak bisa dipimpin baik-baik, mesti diajak berantem," ucapnya di Okezone.com (19/2/2013).

Bila benar jadi Presiden, orang pertama yang paling merasa kehilangan harusnya Basuki. Rekan se-partai memang bukan, namun chemistry-nya dengan Jokowi sebagai rekan seideologis sangat sulit dicari penggantinya. Politisi bersih masih merupakan barang langka di Indonesia. Apalagi masih segar di ingatan kita mengenai polemik Walikota Tri Risma dengan wakilnya di Surabaya.

Bila Basuki menjadi gubernur, maka PDI-P memiliki hak untuk mengajukan Cawagub baru. Kali ini kondisinya berbeda dengan Pilgub DKI dimana PDI-P dan Gerindra sudah tidak mesra lagi. Berpasangan dengan orang yang salah bisa-bisa membuat Ahok yang memiliki banyak musuh “di-Risma-kan.”

Tapi Ahok memilih untuk menilai sang atasan apa adanya tanpa mempedulikan kebijakan internal partai yang "kontra-Jokowi." Bisa dikatakan suatu respon langka dari seorang negarawan yang memilih untuk bersuara secara independen tanpa terseret poros atau afiliasi politik tertentu. Meski mungkin dibelakang layar, partai tersebut kini sedang mencatat sejumlah anomali kelakuan Ahok yang dianggap "tidak menguntungkan Partai."

Agak lucu melihat Prabowo yang sekarang gencar menyindir Jokowi dengan tuduhan mencla-mencle, capres boneka dan sebagainya, sementara Ahok pernah menyatakan bahwa ia senang apabila Jokowi sukses menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Pak Ahok...dimanakah loyalitasmu berada? Saat Pilpres nanti didalam bilik tersembunyi....siapakah yang akan anda coblos? Jokowi atau Prabowo?

Anda Mungkin Tertarik Baca:

1. Israel, Palestina 1948 FAQ

2. Semoga Crimea Tidak Jadi PAPUA Kedua

3. Belajar Dari Macau, Tak Selamanya Nasionalisasi Jadi Solusi

4. Tanya Ketua MUI, Negara Mana Yang Jual Air Kemasan "State-Owned?"

5. Jusuf Kalla: Agama Kristen Ada 300 Aliran, Islam Cuma Ada Satu. Kurang Toleran Apa Kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline